kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Catat, ini adalah berbagai istilah bahan bakar nabati yang perlu diketahui


Rabu, 06 Januari 2021 / 08:54 WIB
Catat, ini adalah berbagai istilah bahan bakar nabati yang perlu diketahui
ILUSTRASI. Pemerintah terus mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar ramah lingkungan.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar ramah lingkungan guna mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi fosil. Selain menerapkan program mandatori B30 atau campuran 30% biodiesel dalam bahan bakar solar yang telah berlaku efektif per 1 Januari 2020, pemerintah juga mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengungkapkan, saat ini pemerintah tengah mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100), dan Bioavtur (J100) yang berbasis Crude Palm Oil (CPO).

Pemerintah pun sedang menggandeng PT Pertamina (Persero) untuk melakukan pengembangan green fuel di kilang-kilang Pertamina yang berada di sentra produksi sawit, baik secara co-processing di kilang-kilang yang sudah ada maupun ke depannya dengan pembangunan kilang baru (stand alone) yang didedikasikan untuk green fuel.

“Produk green fuel ini mempunyai karakteristik yang mirip dengan bahan bakar yang berbasis fosil, bahkan untuk beberapa parameter kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil fuel," tutur Feby dalam siaran pers di situs Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Selasa (5/1).

Baca Juga: Pemerintah tetapkan harga indeks pasar BBN jenis biodiesel Rp 9.457 per liter

Feby menjelaskan, Green Diesel atau Diesel Biohydrokarbon memiliki keunggulan dibanding diesel yang berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester (FAME). Di antaranya adalah cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfur content yang lebih rendah, dan memiliki oxidation stability lebih baik serta warna yang lebih jernih.

Co-processing merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memproduksi greenfuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan

"Saat ini, Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang existing dengan menggunakan katalis Merah-Putih hasil karya anak bangsa, yakni Tim ITB," ungkap Feby.

Baca Juga: Pertamina beberkan langkah-langkah untuk membantu perbaikan ekonomi nasional

Untuk Refinery Unit (RU) II Dumai, Pertamina juga menguji coba secara bertahap yang dimulai dari campuran 7,5%, 12,5%, hingga 100%. Pemerintah pun memberikan apresiasi atas keberhasilan Pertamina memproduksi green diesel dengan bahan baku 100% CPO.

Harapannya, uji coba ini bisa dilanjutkan di RU-RU Pertamina lainnya dan diimplementasikan secara berkelanjutan, sehingga Indonesia benar-benar bisa mandiri dalam menghasilkan bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dengan bahan baku dari dalam negeri.

Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nabati, saat ini pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), dan avtur biohidrokarbon (J100).

Baca Juga: Kementerian ESDM: Harga CPO jadi tantangan pengembangan biodiesel

Berikut ini adalah berbagai istilah bahan bakar nabati:

Biodiesel/FAME/B100 adalah Bahan Bakar Nabati untuk aplikasi mesin atau motor diesel berupa Ester Metil Asam Lemak atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi atau transesterifikasi.

Solar/Diesel/B0 adalah bahan bakar jenis destilat yang digunakan untuk mesin diesel compression ignition.

Biodiesel FAME dalam BBM Diesel atau Bxx adalah Campuran xx%-volume biodiesel (FAME) dalam BBM Solar.

Green-diesel/hydrotreated vegetable oil/diesel nabati/D100 adalah minyak hidrokarbon tanpa kandungan oksigenat untuk bahan bakar mesin diesel yang berasal dari bahan nabati melalui berbagai teknologi proses tertentu.

Green-gasoline/bensin nabati/G100 adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan roda dua, tiga, atau empat. Secara sederhana, bensin nabati tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C5 (petana) sampai dengan C11 dengan angka oktan atau Research Octane Number (RON) minimal 90.

Bioavtur/biojet/Jet-Biofuel/J100 adalah bakar bakar alternatif untuk pesawat terbang bermesin turbin dengan bahan baku dari sumber nabati yang dapat diperbaharui (renewable)  melalui  berbagai  teknologi  proses tertentu. 

Baca Juga: Begini persiapan pemerintah dalam mengembangkan B40

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×