kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45912,18   -11,31   -1.22%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cegah Tutup Permanen, Hypermarket Diminta Berinovasi


Jumat, 03 Februari 2023 / 12:13 WIB
Cegah Tutup Permanen, Hypermarket Diminta Berinovasi
ILUSTRASI. Warga membeli kebutuhan pokok di gerai swalayan Giant di Bandung, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021). Cegah Tutup Permanen, Hypermarket Harus Berinovasi.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saat ini gerai-gerai hypermarket di Indonesia banyak yang ditutup permanen. Persaingan yang ketat di antara ritel modern dan perubahan gaya hidup masyarakat jadi salah satu pemicunya.

Agar tidak tutup permanen, pelaku bisnis hypermarket harus berinovasi dan mencari strategi baru agar bisa bersaing dengan ritel modern yang kini semakin menjamur.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan saat ini masyarakat mendapat beragam pilihan berbelanja. 

Mulai dari belanja di toko ritel modern di dekat rumah hingga belanja online dimana barang langsung di antar ke rumah.

Baca Juga: Aprindo Yakin Potensi Pebisnis Ritel untuk Ekspansi Makin Terbuka di Tahun Depan

Kemudahan dan efisiensi ini membuat masyarakat semakin tidak tertarik berberlanja di hypermarket. Selain jauh dari rumah, konsumen juga harus bayar uang parkir.

Bhima mengatakan, selain menghemat biaya ongkos dan juga biaya parkir dengan tidak pergi ke hypermarket, barang yang dijual di hypermarket juga tidak jauh berbeda dengan produk yang dijual di toko-toko ritel tradisional.

Termasuk di toko grosir kelontong maupun toko ritel modern seperti Indomaret, Alfamart, dan lainnya. 

Sejak tahun-tahun pandemi, Bima mengaku gerai-gerai hypermaket telah diprediksi lambat laun akan mulai tutup. 

Pasalnya pasar persaingannya sudah semakin sengit, tidak hanya bersaing dengan toko ritel modern dan toko grosir tradisional yang jumlahnya lebih banyak dan menyebar, hypermarket juga semakin tertekan dengan kebiasaan masyarakat yang mulai senang dengan belanja online.

Baca Juga: Perubahan Gaya Hidup Berdampak pada Hengkangnya Peritel Asing dari Indonesia

Meskipun saat ini e-commerce baru menguasai 7% pasar ritel di Indonesia. 

"Jadi semakin banyak pilihan, persaingan juga semakin kompetitif dan sengit," kata Bima kepada Kontan, Kamis (2/2).

Biaya pengeluaran yang membengkak juga menjadi penyebab hypermarket semakin tertekan.

Sebab pengeluaran biaya operasional tidak sebanding dengan pendapatan yang masuk.

Baca Juga: Akan Produksi Susu Cokelat, Nippon Indosari (ROTI) Gandeng Partner Kenamaan

Agar mampu bertahan, Bima mengatakan hypermarket harus memberikan inovasi baik dari segi penjualan maupun permodalan. 

Bima juga mengatakan perusahaan pengelola hypermarket bisa mencoba sistem yang dilakukan perusahaan ritel modern seperti Indomaret dan lainnya.

Dimana ritel modern yang masih eksis ini memiliki gedung yang tidak besar tapi memiliki banyak gerai dan menyebar luar. "Tentunya harus ada pembedanya dengan toko ritel modern lainnya," saran Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×