kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Champion Pacific ragu bisa tumbuh tinggi


Minggu, 15 Oktober 2017 / 15:43 WIB
Champion Pacific ragu bisa tumbuh tinggi


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kemasan, PT Champion Pacific Indonesia Tbk pesimistis bisa menorehkan pertumbuhan bisnis sesuai target pada tahun ini. Sebelumnya, perusahaan berkode saham IGAR di BEI ini mematok pertumbuhan pendapatan 10%-15% pada tahun ini.

Presiden Direktur IGAR Antonius Muhartoyo mengatakan, setelah melihat kondisi bisnis saat ini, pihaknya tidak berani menargetkan pertumbuhan yang cenderung tinggi. “IGAR selalu konservatif,” ujarnya, Minggu (15/10).

Bahkan, ia memprediksi pencapaian bisnis IGAR sedikit turun dibandingkan perolehan tahun lalu yang sebesar Rp 792 miliar. “Tahun lalu pertumbuhan bisnis memang luar biasa dalam sejarah bisnis packaging (kemasan),” katanya.

Berdasarkan laporan keuangan semester I 2017, perseroan memperoleh penjualan bersih senilai Rp 371 miliar. Angka tersebut turun 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 391 miliar.

“Bisnis kemasan memang turun dibandingkan tahun lalu, kemungkinan stok tahun lalu belum semuanya terjual,” sebut Antonius.

Laba IGAR sampai semester I 2017 hanya Rp 39 miliar, turun 9% dari periode sama tahun lalu yang Rp 43 miliar. Padahal, beban pokok penjualan juga turun 4% dari Rp 316 miliar menjadi Rp 303 miliar. Antonius mengakui, harga bahan baku tahun ini naik cukup signifikan. “Antara 3%-4% dihampir semua bahan baku,” ujarnya.

Namun pembelian bahan baku perseroan sampai semester I 2017 tercatat turun 7,6% menjadi Rp 252 miliar. Antonius enggan merinci pencapaian produksi perusahaan sampai saat ini.

IGAR dikenal fokus pada produksi kemasan untuk industri farmasi. Sampai semester pertama 2017, penjualan dari segmen farmasi naik tipis 2,5% menjadi Rp 321 miliar, atau 86% dari total penjualan. Sedangkan segmen non-farmasi turun 35% menjadi Rp 50 miliar.

Menurut Antonius, IGAR memang fokus pada kemasan farmasi karena memiliki mesin produksi yang punya spesialisasi memproduksi kemasan tersebut. Namun pasar kemasan farmasi hanya tumbuh sedikit, Antonius menilai, permintaan obat-obatan dari program Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS) mempengaruhi keuntungan dari industri kemasan.

“Memang ada pertumbuhan, tapi harga-harga menurun semua,” ungkap Antonius. Sampai saat ini IGAR belum akan melakukan ekspansi, perseroan hanya melakukan beberapa pembelian mesin baru untuk menunjang produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×