kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Chandra Asri belanja US$ 250 juta tahun ini


Senin, 09 Maret 2015 / 10:08 WIB
Chandra Asri belanja US$ 250 juta tahun ini
ILUSTRASI. Pekerja melintas di depan logo Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), di kantor SKK Migas, Jakarta Selatan, Selasa (20/8/2013). TRIBUNNEWS/HERUDIN


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Perusahaan petrokimia PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk (TPIA) mengalokasikan belanja modal atawa capital expenditure sebesar US$ 250 juta tahun ini. Dana ini akan digunakan untuk membiayai sejumlah rencana ekspansi bisnis.

Suhat Miyarso, Vice President Corporate Relation TPIA, menjelaskan, ada tiga rencana ekspansi yang dipersiapkan TPIA tahun ini. Pertama, melanjutkan rencana ekspansi produksi naphtha cracker, yang bertujuan menambah produksi beberapa produk petrokimia TPIA. Untuk rencana ini, TPIA mengalokasikan belanja modal senilai US$ 266 juta.

Rencana ekspansi ini mencakup penambahan produksi etilena dari 600.000 ton per tahun menjadi 860.000 ton per tahun. Kemudian, penambahan produksi propilena dari 320.000 ton menjadi 470.000 ton per tahun, dan penambahan produksi Mixed C4 dari 220.000 ton per tahun menjadi 315.000 ton per tahun.

Chandra Asri juga akan menambah kapasitas produksi py-gas dari 280.000 ton per tahun menjadi 400.000 ton per tahun di pabrik Cilegon, Banten.

Kedua, TPIA akan memperkuat bisnis anak usahanya,
PT Synthetic Rubber Indonesia. Hanya, Suhat enggan merinci alokasi dana belanja modal bagi anak usaha yang berbisnis kain ban tersebut.

Ketiga, Chandra Asri mengalokasikan belanja modal untuk studi kelayakan pembangunan kilang minyak. Mereka ingin membangun kilang minyak mini yang bisa menghasilkan kondensat atau bahan baku dari nafta. "Kondensat ini kami butuhkan untuk bahan baku produksi,” kata Suhat pekan lalu.

Proyeksi nilai proyek kilang mini sekitar US$ 740 juta. Tahun ini, Chandra Asri baru mengalokasikan dana untuk studi kelayakan saja. Pembangunan kilang mini sendiri butuh waktu dua tahun.

Adapun kapasitas kilang mini yang dipersiapkan sebanyak 100.000 barel kondensat per hari, dan menghasilkan 2,5 juta ton nafta per tahun.

Jika kilang ini beroperasi,  impor nafta TPIA bisa berkurang. Saat ini, TPIA impor 1,7 juta ton nafta per tahun.

Gangguan produksi

Untuk menambah produksi, TPIA akan melakukan pergantian mesin. Proses ini tentu membuat proses produksi terganggu. Proses ini diperkirakan terjadi mulai September – November 2015. "Ada penghentian operasi sementara, sekitar 3 bulan," ujar Suhat.

Penghentian produksi sementara hanya berlaku untuk produksi etilena dan propilena. Sementara, lini produksi produk petrokimia lain, seperti polietilena, polipropilena dan stirena, tetap beroperasi seperti biasanya.

Penghentian operasional di beberapa lini produksi tentu bisa mengganggu target bisnis TPIA. Namun, sayang, Suhat enggan membeberkan besar dampaknya kepada kinerja.

Mengacu laporan keuangan perusahaan ini, sampai kuartal III-2014, produksi etilena dan propilena menyumbang pendapatan US$ 414,96 juta, setara 21,33% pendapatan TPIA yang senilai US$ 1,94 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×