Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Chandra Asri Petrochemical memberdayakan masyarakat untuk terlibat pengelolaan sampah yang bernama Industri Pengolahan Sampah Manajemen Sampah Zero (IPS Masaro) yang berlokasi di Cilegon. Nantinya sampah ini bisa menghasilkan beragam produk.
IPS Masaro ini mampu mengelola sampah secara menyeluruh sehingga semua sampah dapat didayagunakan dan dikelola tanpa sisa, sehingga tidak memerlukan Tempat Pengumpulan Sampah Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Baca Juga: Sebanyak 11 perusahaan Indonesia masuk daftar 200 perusahaan terbaik di Asia Pasifik
Industri Pengelolaan Sampah yang berlokasi di kampung Serdag ini merupakan program pemberdayaan masyarakat dari Chandra Asri Petrochemical yang memiliki daerah operasi di Cilegon.
"Program ini merupakan wujud tanggung jawab perusahaan membangun masyarakat di lingkungan Cilegon dan Banten sekaligus menerapkan konsep pengelolaan sampah terpadu agar permasalahan sampah organik maupun sampah plastik dapat ditangani dengan baik di tingkat rumah tangga," tulis manajemen dalam siaran pers hari ini.
Kapasitas pelayanannya mampu mengolah sampah swadaya dari 1.000 kepala keluarga, didukung oleh seluruh warga masyarakat dengan cara melakukan pemilahan sampah dirumah masingmasing sesuai dengan tempat sampah yang disediakan.
Sampah yang sudah terpilah akan diambil oleh IPS Masaro pada jadwal yang sudah ditentukan untuk diproses menjadi produk-yang bernilai ekonomi. Atas partisipasi masyarakat memilah sampahnya, IPS Masaro memberikan insentif berupa voucher belanja disesuaikan dengan jumlah dan jenis sampah yang disetor.
Baca Juga: Peta Jalan Kelola Kurangi Sampah Plastik Hingga 30%
Sampah organik diproses menjadi pupuk cair dan media tanam sedangkan sampah non organik yang masih mempunyai nilai ekonomi diproses menjadi bahan daur ulang dan dijual kepada industri daur ulang.
Sisa sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dibakar di insinerator dengan kapasitas 10 ton per hari yang panasnya dimanfaatkan untuk pemrosesan plastik menjadi BBM melalui pirolisator.
BBM yang dihasilkan digunakan untuk bahan bakar kendaraan pengangkut sampah, mesin peralatan dan dijual. IPS Masaro terdiri dari instalasi pupuk organik dengan kapasitas 60.000 liter per bulan berikut fasilitas pembotolan dan pengepakan, 3 unit insinerator dengan kapasitas 10 ton per hari dilengkapi dengan scrubber.
Lalu 3 unit pirolisator dengan kapasitas masing masing 30 kg per batch; percontohan pemupukan tanaman dan aplikasi digital pengolahan sampah Go For Zero Waste yang dapat diakses peserta IPS Masaro.
Baca Juga: Sektor manufaktur naik di tengah koreksi IHSG, simak sejumlah saham pilihan berikut
Dari tiga unit pirolisator, terdapat dua unit yang menggunakan energi panas dari insinerator sampah dan satu unit merupakan inovasi pirolisator berbahan bakar gas yang efektif dan hemat bahan bakar dari siswa Jakarta International School, kelas 2 SMA, John Lieman Junghans yang peduli terhadap pengelolaan sampah terutama sampah plastik.
Mitra kerja yang terlibat dalam pembangunan IPS Masaro adalah Pemkot Cilegon, KSM Sehati Maju Bersama, ITB, Inaplas, Digital Waste Management dan PT Jaya Nurimba.
Mesin daur ulang sampah
John Leiman Siswa SMA kelas 2 di Jakarta Intercultural School mengatakan, proses Pyrolysis Sampah Plastik beda dengan Pembakaran Sampah Plastik. Pada proses pembakaran sampah plastik, terjadi reaksi dengan O2 yang disebut combustion dan produk yang dihasilkan tidak baik/polusi buat lingkungan.
Proses Pyrolysis dilakukan dalam kondisi anaerobik (tanpa adanya O2) sehingga jauh lebih aman kepada lingkungan. Produk yang dihasilkan pun dapat digunakan kembali untuk sumber energi/bahan bakar.
Kata dia, dari eksperimen yang dilakukan dengan bahan sampah plastik dari Fasilitas Masaro, mesin inovasinya dapat menghasilkan 58% berupa Bahan Bakar Gas, 29% berupa Bahan Bakar Cair, dan 13% berupa Carbon Black Residue.
"Bahwa proses Pyrolysis bisa mereduksi Sampah Plastik sebesar 87% menjadi energi yang dapat digunakan kembali! Sisa berupa Carbon Black pun masih bisa digunakan di industri pigmen atau industi ban sebagai filler. Dan proses Pyrolysis adalah solusi yang ramah lingkungan untuk mengatasi sampah plastik karena relatif tidak ada polusi yang dihasilkan," ungkap dia.
Dia mengatakan, beberapa perusahaan besar di luar negeri seperti Dow Chemical dan BASF bahkan sudah mulai membangun proyek untuk mengkonversi Bahan Bakar Cair dari Proses Pyrolysis kembali menjadi Plastik sehingga menciptakan 100% Circular Economy.
Soal investasi yang dibutuhkan untuk membuat mesin tersebut, Jhon bilang, bahwa harga mesin Rp 78 juta termasuk modifikasi yang diminta dari design awal, ongkos kirim dan pemasangan. "Untuk dana pembelian mesin ini saya pakai simpanan saya sekitar Rp 35 juta dan sisanya saya pinjam dari orang tua saya. Untuk tempat riset dan percobaan, saya pinjam tempat di belakang pabrik orang tua saya," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News