Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemasok produk petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) akan membangun pabrik chlor alkali dan ethylene dichloride bahan baku untuk tambang yang akan menghasilkan alumina dan nikel.
Direktur SDM & Urusan Korporat Chandra Asri, Suryandi mengatakan tahun depan Chandra Asri akan membangun pabrik bahan baku untuk tambang yang akan menghasilkan alumina dan nikel. Pabrik ini dibangun di Cilegon dengan investasi senilai hampir US$ 1 miliar setelah final investment desicion (FID) selesai.
Ia menjelaskan, progresnya saat ini dari segi fit dan technology license sudah selesai yang rencananya akan ditetapkan pada awal 2024.
"Persiapan sudah kami lakukan, kami akan segera bangun mulai tahun depan dan tahun 2026 akhir ditargetkan selesai dan bisa beroperasi," kata Suryandi saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/11).
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Optimis Kinerja akan Membaik, Ini Pendorongnya
Suryandi menambahkan, Chandra Asri baru bisa memenuhi sekitar 40% dari kebutuhan plastik di dalam negeri. Pabrik ini akan menambah kapasitas produksi dan untuk meningkatkan kinerja Chandra Asri agar terus bertumbuh.
Sebelumnya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) membeli tanah seluas kurang lebih 513.658 meter persegi senilai Rp 1,15 triliun. Transaksi tersebut dilakukan melalui anak usaha TPIA, PT Chandra Asri Alkali (CAA), yang membeli lahan PT Krakatau Daya Listrik (KDL) pada tanggal 29 September 2023. Lahan tersebut berada di kawasan industri Krakatau di Kecamatan Citangkil, Cilegon, Banten.
Melansir keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), lahan tersebut disiapkan PT CAA untuk memenuhi kebutuhan perusahaan guna membangun pabrik di Cilegon.
Sekadar informasi, kinerja TPIA masih tertekan sepanjang periode Januari-September 2023. TPIA mengalami penurunan pendapatan bersih sebesar 14,6% year on year (YoY) menjadi US$ 1,66 miliar per akhir kuartal III-2023.
Volume penjualan TPIA pada sembilan bulan pertama 2023 sebesar 1.608 kiloton (KT), meningkat dari 1.568 KT pada periode yang sama tahun lalu. Tetapi, keseluruhan harga penjualan petrokimia TPIA mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untungnya, TPIA mampu menekan kerugian bersih dari sebelumnya US$ 111,547 juta per akhir kuartal III-2022 menjadi hanya US$ 21,38 juta. Salah satunya yakni akibat turunnya sejumlah beban, seperti beban pokok pendapatan yang menurun 18,3% menjadi US$ 1,59 miliar.
Penurunan ini beban pokok pendapatan disebabkan oleh penurunan harga bahan baku rata-rata. Harga rata-rata naphtha per kuartal III-2023 sebesar US$ 645 per ton, turun 28,5% dibandingkan rata-rata pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 902 per.
Penurunan harga naphtha dipicu oleh penurunan harga rata-rata minyak mentah Brent sebesar 18,6% menjadi US$ 83 per barel dibandingkan dengan rata-rata harga naphtha sebesar US$ 102 per barel pada Sembilan bulan pertama 2022.
Per kuartal III-2023, TPIA menyerap belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$ 51 juta. Untuk tahun ini, TPIA menganggarkan capex hingga US$ 100 juta. Capex ini digunakan untuk operasional dan maintenance rutin.
Meski belum menentukan angka pasti, Suryandi menaksir capex tahun depan akan lebih tinggi. Sebab, akan ada turnaround maintenance 4 tahunan sekali yang dilaksanakan sekitar 30 hari sampai 45 hari. Proyeksi manajemen, maintenance akan dilakukan pada kuartal II-2024. Maintenance ini dilakukan untuk mengoptimalkan produksi dan untuk mendukung keamanan operasional pabrik.
Dengan kinerja yang tertekan ini, Suryandi i meyakini, kinerja TPIA di akhir tahun ini akan membaik dari tahun lalu. Menjelang tahun politik, Suryandi berharap permintaan produk pengemasan meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan petrokimia sebagai bahan baku plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News