Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Chevron Pacific Indonesia meminta split atau bagi hasil lebih besar dari bagian pemerintah untuk perpanjangan kontrak Blok Rokan yang kontraknya habis pada tahun 2021 mendatang. Permintaan tersebut karena Chevron akan memakai teknologi pengurasan minyak tahap lanjut di Lapangan Minas, Blok Rokan. Terlebih Chevron mesti memakai skema gross split sekarang.
Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto membenarkan ada permintaan split yang lebih besar tersebut. Menurut dia, hal wajar kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) meminta split sebesar-besarnya.
Namun, usulan itu belum tentu mendapat persetujuan pemerintah. "Kami evaluasi, belum kami setujui," kata Djoko, Kamis (7/6).
Dalam usulan awal proposal perpanjangan kontrak Blok Rokan, Chevron meminta untuk memakai skema cost recovery. Namun pemerintah langsung menolak proposal menggunakan skema cost recovery. "Jadi awalnya mereka mengajukan skema cost recovery. Kami bilang no way cost recovery. Berubah dengan gross split. Sekarang sedang disempurnakan lagi. Saya tidak tahu berapa split yang terakhir. Dulu dia minta lebih besar," kata Djoko.
Ia menduga, Chevron mengajukan proposal dengan permintaan bagi hasil yang lebih besar dibandingkan bagi hasil pemerintah, karena perusahaan ini berencana menggunakan teknologi enhanced oil recovery (EOR) surfactant secara full scale. Jadi membutuhkan dana jumbo.
EOR adalah teknik pengurasan minyak tahap lanjut. Biasanya minyak yang selama ini disedot baru mencapai sekitar 60%, masih ada sekitar 40% lagi yang bisa diambil tetapi harus menggunakan teknologi. Kata dia, dengan EOR full scale tersebut, Chevron memproyeksikan bisa menaikkan produksi hingga 500.000 barel per hari.
Saat ini produksi Blok Rokan hanya 230.000 barel per hari. "Dia bilang ada teknologi baru yang bisa meningkatkan EOR dengan full scale. Proyeknya ada di Lapangan Minas. Tapi baru pilot project," imbuh dia.
Adapun di Lapangan Duri memakai EOR steam flood produksinya bisa naik dua kali lipat dari produksi peak dengan steam flood. "Satu-satunya yang pengalaman, ya, Chevron," jelas Djoko.
Biarpun begitu, pemerintah tetap akan mengevaluasi proposal Chevron. Kriteria adalah mampu menaikkan produksi atau paling tidak pertahankan dan signature bonus maksimal. "Soal perpanjangan Blok Rokan, kami putuskan Juli 2018," ujar Djoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News