Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Importir batubara terbesar di dunia, yaitu China, dalam laporan Global Energy Monitor (GEM) tengah menggembangkan 450 lokasi untuk rencana pembangunan batubara mereka.
"Lebih dari 450 lokasi sedang dikembangkan di seluruh Tiongkok, dengan hampir 40 persen sedang dibangun atau dalam uji operasi," ungkap GEM dalam laporan yang dilansir melalui Bloomberg, Selasa (19/07).
Menurut peneliti yang berbasis di California ini, rencana pembangunan tambang batubara China ini berisiko menciptakan kelebihan pasokan dan menggagalkan target iklim, yang mempromosikan penggunaan energi bersih.
Baca Juga: Cadangan Batubara Indonesia Mencapai 31,96 Miliar Ton
Jika semuanya dibangun, kapasitas gabungan produksi tambang-tambang ini adalah sebesar 1,4 miliar ton per tahun.
Angka ini akan melampaui kapasitas batubara di Indonesia dan Australia, sekaligus sebagai eksportir terbesar bahan bakar untuk pembangkit listrik dan pembuatan baja dunia.
Skala ambisi batubara China mengancam akan melampaui target iklimnya sendiri dan global. Negara ini menyumbang 60 persen dari seluruh kapasitas tambang yang diusulkan di seluruh dunia, dan pembangunannya saja akan menghasilkan 80 persen emisi metana yang terkait dengan proyek yang direncanakan, ungkap GEM.
Metana dinilai 80 kali lebih kuat dalam emisi daripada karbon dioksida selama periode 20 tahun.
"Tanpa mengurangi rencana kapasitas tambang baru secara drastis, dunia dapat mengalami peningkatan besar emisi metana yang berpotensi tinggi yang akan membuat pencapaian tujuan Perjanjian Paris menjadi mustahil," kata Dorothy Mei, manajer proyek Global Coal Mine Tracker GEM.
Adapun, pembangunan tambang yang dilakukan China saat ini berisiko memicu gelombang kelebihan kapasitas serupa yang terjadi pada tahun 2012 hingga 2015, yang memicu jatuhnya harga dan aset terlantar, menurut laporan tersebut.
Baca Juga: Permintaan Global Melemah, Ekspor Batubara Indonesia Tertekan hingga 2026
Hampir setengah dari kapasitas yang diusulkan masih dalam tahap perencanaan awal dan masih dapat dibatalkan, tetapi arahan tahun 2024 dari Beijing yang berupaya membangun 300 juta ton kapasitas tambang cadangan pada tahun 2030 telah mendorong pemerintah daerah, termasuk Mongolia Dalam, untuk mempercepat persetujuan guna memenuhi kuota.
Secara global, 105 juta ton kapasitas produksi batu bara ditambahkan pada tahun 2024, turun 46 persen dari tahun sebelumnya dan merupakan angka terendah dalam setidaknya satu dekade.
Namun, lebih dari 850 tambang baru atau perluasan masih dalam tahap pengembangan di 30 negara. Jumlah tersebut mencakup 329 juta ton di India dan 165 juta ton di Australia.
Tren ini semakin membahayakan target iklim global, dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan produksi batu bara perlu turun 75 persen dalam satu dekade hingga 2030, sementara Badan Energi Internasional (IEA) menyerukan pengurangan sebesar 39 persen.
Selanjutnya: Bunga Kredit WOM Finance Tak Langsung Disesuaikan Meski Suku Bunga BI Turun
Menarik Dibaca: Reli Bitcoin Cs Diwarnai Profit Taking, Investor Tunggu Kejelasan Suku Bunga The Fed
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News