kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

China telisik produsen baja di Indonesia


Selasa, 24 Juli 2018 / 11:50 WIB
China telisik produsen baja di Indonesia


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiongkok gerah dengan membanjirnya produk impor baja ringan tahan karat atau stainless steel di negara itu. Otoritas setempat pun memulai penyelidikan anti-dumping. Perusahaan baja asal Indonesia masuk dalam radar penyelidikan.

Kementerian Perdagangan China, Senin (23/7), menyatakan akan melakukan penyelidikan anti-dumping pada produk stainless steel dan pelat stainless steel tahan panas dari Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia, yang jumlahnya naik hampir tiga kali lipat tahun lalu.

Direktur Eksekutif Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Hidayat Triseputro menjelaskan, ada kemungkinan dugaan membanjirnya produk dari Indonesia berasal dari hasil produksi stainless steel investor asal China di Morowali. "Produk itu diekspor ke China dan ternyata pemerintah China melihat ada indikasi harganya unfair," ungkap Hidayat kepada Kontan.co.id, Senin (23/7).

Merujuk data PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) selaku pengelola kawasan, proyek baru di kawasan industri Morowali yang bergulir pada 2017-2018 antara lain pabrik stainless steel PT Sulawesi Mining Investment untuk kapasitas produksi stainless steel slab sebesar 1 juta ton per tahun. Nilai investasi mencapai US$ 62 juta. Selanjutnya, ada PT IMIP yang akan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 2x350 MW senilai US$ 500 juta.

Kementerian Perindustrian mencatat, kawasan industri Morowali dengan luas 2.000 hektare akan menarik investasi sebesar US$ 6 miliar atau Rp 80 triliun dengan menyerap tenaga kerja langsung sekitar 26.000 orang dan tidak langsung sebanyak 80.000 orang hingga tahun 2019.

Selain itu, ada pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan target kapasitas 600.000 ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun.

Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemperin, I Gusti Putu Suryawirawan menduga penyelidikan itu karena suplai dan permintaan di China terganggu. Mengingat perusahaan China banyak berinvestasi di Indonesia dan membangun pabrik stainless steel di Indonesia sebagai basis produksi ekspor mereka.

"Stainless steel kita sudah diekspor ke seluruh dunia, termasuk ke China. Saya masih harus cek lagi apakah itu dumping atau tidak," ujar dia ke KONTAN.

Pada tahun lalu, ada MoU antara Tsingshan Group dan Delong Group dengan PT Indonesia Morowali Industrial Park tentang kerjasama pembangunan pabrik carbon steel di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi 3,5 juta ton per tahun dan total nilai investasi US$ 980 juta. Saat ini masih dalam tahap pembangunan. "Jangan sampai kita malah masuk terlibat dalam perang dagang antar perusahaan China," kata Putu.

Sementara Direktur PT Krakatau Steel Tbk Purwono Widodo menanggapi, produksi carbon steel Krakatau Posco mencapai 1 juta ton per tahun. Dia pun menambahkan ekspor ke China tidak sebesar yang diklaim oleh otoritas di sana. "Jadi, ya, tidak mungkin dua per tiga diimpor dari China. Barangkali persentase kenaikannya yang dirasakan  mereka cukup besar," kata Purwono kepada Kontan.co.id, Senin (23/7).

Di Indonesia, Krakatau Posco belum memproduksi stainless steel. Saat ini produksinya baru jenis carbon steel.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×