kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

CIPS anggap target produksi jagung tahun ini tak realistis


Selasa, 25 September 2018 / 20:48 WIB
CIPS anggap target produksi jagung tahun ini tak realistis
ILUSTRASI. Jagung pakan ternak


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menganggap target produksi jagung tahun ini yang mencapai 30 juta ton tidak realistis.

Peneliti CIPS Imelda Freddy mengatakan ada beberapa hal yang membuat target ini tak realistis. Pertama adalah cara pemerintah menghitung proyeksi yang hanya didasarkan pada potensi benih jagung yang dikalikan luas lahan.

Sementara, variabel lainnya yakni produksi panen yang tercecer saat proses distribusi atau pengangkutan dan produksi panen yang tidak memenuhi standar atau busuk tak diikutsertakan.

“Selain itu, angka ini akan sulit dicapai karena mesin pengering masih jarang ditemui di desa-desa penghasil jagung. Dengan adanya mesin pengering, petani tidak perlu mengeringkan jagung di bawah terik matahari, mesin pengering juga akan sangat membantu petani saat musim hujan,” jelas Imelda dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (25/9).

Menurut Imelda,ada beberapa variabel yang harus diikutsertakan untuk menghitung produksi jagung. Mulai jagung yang busuk, jagung yang tercecer saat distribusi, juga variabel eksternal seperti cuaca, sistem irigasi dan juga serangan hama.

Imelda menyoroti dampak dari kurangnya suplai jagung. Kurangnya suplai jagung yang tercermin dari tingginya harga jagung akan membuat para pengusaha pakan ternak beralih dari jagung sebagai komponen utama pakan ternak.

Mereka akan beralih menggunakan bahan baku lain seperti gandum. Hal ini akan berakibat buruk kepada para petani jagung karena hasil produksi mereka tidak diserap oleh pasar.

Mengingat 45% komposisi pakan ternak berasal dari jagung, Imelda berpendapat bila kelangkaan jagung terjadi pasti akan mempengaruhi produksi pakan nasional. Apalagi, kebutuhan jagung tak hanya ditujukan untuk pakan. Karena itu, dibutuhkan peningkatan pasokan jagung.

Sementara itu, karena pertanaman jagung harus bergantian dengan komoditas pertanian lainnya, maka produksi jagung tak stabil sepanjang tahun.

Jumlah produksi jagung nasional pun tidak bisa memenuhi jumlah konsumsi jagung nasional. Di saat yang bersamaan, pemerintah justru membatasi impor jagung tanpa memperhatikan pasokan memadai.

Dalam data Kementerian Pertanian tahun ini, target produksi jagung di tahun ini sebesar 30 juta ton dengan kebutuhan sebesar 17 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×