kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CIPS sebut Indonesia perlu diversifikasi pasar ekspor


Selasa, 16 Oktober 2018 / 15:21 WIB
CIPS sebut Indonesia perlu diversifikasi pasar ekspor
ILUSTRASI. Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia perlu melakukan antisipasi untuk menghindari dampak negatif perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai, diversifikasi pasar ekspor merupakan salah satu langkah yang dapat diambil.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, diversifikasi pasar sangat diperlukan agar Indonesia tidak tergantung kepada China. Indonesia juga sebaiknya merambah pasar lain yang tidak kalah potensial, seperti Afrika dan negara Asia lain.

Selain itu, restriksi (pembatasan) impor yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap China dapat mendorong perusahaan China untuk mencari pasar baru yang memiliki regulasi restriksi impor yang lebih sedikit. Pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dianggap sebagai pilihan alternatif bagi China untuk membuka perjanjian perdagangan baru.

“Pemerintah dalam hal ini dapat menyambut masuknya barang dari China. Namun juga berdiplomasi untuk kemudahan akses serupa terhadap pasar China. Untuk itu, Indonesia butuh kebijakan yang mampu memberikan daya tarik bagi investor, seperti insentif pajak dan kemudahan birokrasi,” ujar Ilman seperti yang tertera dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (16/10).

Dampak langsung dari perang dagang kepada Indonesia lebih banyak dirasakan di awal. Ini pun berdampak pada penurunan ekspor bahan input ke China karena menurunnya kemampuan perusahaan di China untuk mengekspor ke Amerika Serikat.

Namun, menurut Ilman, hal ini tidak perlu dikhawatirkan bila China sudah menemukan pasar alternatif pengganti Amerika Serikat, seperti Uni Eropa dan Asia Tenggara.

Ilman menambahkan, adanya perang dagang memperparah ketidakpastian ekonomi, sehingga berimbas pada menurunnya ketertarikan investor dalam menanamkan modal di negara- negara dengan resiko lebih tinggi, seperti di negara emerging countries.

Ilman menjelaskan, setiap kebijakan perdagangan pasti akan memengaruhi neraca perdagangan antar negara yang terimbas. Dalam konteks perang dagang Amerika Serikat - China, dampak dari perang dagang tentunya dirasakan oleh perekonomian global namun tidak secara langsung.

Hal ini mengingat bahwa nilai transaksi perdagangan kedua negara hanya sebagian kecil dari seluruh transaksi perdagangan global dengan nilai ekspor kurang dari US$ 5 triliun.

Dampak yang dirasakan oleh negara lain adalah naiknya harga barang yang diimpor dari China dan Amerika serikat, di mana barang tersebut menggunakan input atau bahan baku dari negara satu sama lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×