Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatat kinerja penjualan yang stagnan pada kuartal II-2025 di tengah melambatnya pasar properti nasional.
Emiten properti ini mengungkapkan bahwa permintaan perumahan pada periode tersebut relatif datar dibandingkan kuartal sebelumnya.
Direktur Ciputra Development, Harun Hajadi, mengatakan bahwa pelemahan pasar mulai terasa sejak awal tahun. “Penjualan perumahan di kuartal II hampir sama dengan kuartal I, dalam arti tidak ada pertumbuhan. Pasar terasa lebih lemah dibandingkan tahun lalu,” ujar Harun kepada Kontan, Rabu (6/8).
Menurut Harun, segmentasi hunian kecil juga tidak menunjukkan pemulihan berarti sejak pandemi. Ia menduga bahwa faktor psikologis pasca-Covid-19 masih berpengaruh pada perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. “Mungkin akibat Covid-19 itu banyak yang lebih berhati-hati dalam mengantisipasi musibah,” jelasnya.
Baca Juga: Ciputra Development (CTRA) Cetak Kenaikan Kinerja per Semester I 2025
Adapun untuk segmen hunian besar, Harun menilai penurunan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sentimen pasar. Ia menyebut bahwa siklus pasar properti yang telah mengalami tren naik dalam tiga tahun terakhir—2022, 2023, dan 2024—bisa menjadi penyebab koreksi saat ini.
“Pasar bisa saja memang melemah karena siklus. Apalagi segmen middle-up yang sempat booming beberapa tahun terakhir,” ujarnya. Meski begitu, ia tidak dapat memastikan apakah ada pelemahan daya beli masyarakat. “Untuk daya beli, saya rasa perlu lihat data pemerintah. Tapi suku bunga kan tidak naik,” imbuhnya.
Harun juga menyatakan bahwa pihaknya belum memiliki strategi khusus untuk mengatasi perlambatan ini. “Apalagi kalau memang disebabkan oleh siklus pasar,” pungkasnya.
Sebelumnya, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan bahwa penjualan hunian di pasar primer terkontraksi sebesar 3,80% secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025. Bahkan, penjualan rumah tipe besar turun 14,95% YoY, dan tipe menengah turun 17,69% YoY.
Sementara itu, unit hunian kecil masih mencatatkan pertumbuhan tahunan 6,70%, meski lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 23,75% YoY. Penurunan ini dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari kenaikan harga bahan bangunan, perizinan, suku bunga KPR, hingga tingginya proporsi uang muka.
Meski demikian, BI mencatat secara kuartalan (QoQ), segmen rumah menengah dan besar sempat menunjukkan pemulihan tipis masing-masing sebesar 10,61% dan 1,19%. Namun tekanan secara tahunan masih menjadi sinyal bahwa pelaku industri properti tetap harus mewaspadai tren jangka menengah.
Selanjutnya: Data Konsumsi BPS Dinilai Tak Sesuai dengan Kondisi Lapangan
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok di Jakarta & Sekitarnya, Hujan Sangat Lebat di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News