kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CNI gandeng Wijaya Karya (WIKA) percepat pembangunan smelter feronikel


Sabtu, 28 November 2020 / 16:39 WIB
CNI gandeng Wijaya Karya (WIKA) percepat pembangunan smelter feronikel
ILUSTRASI. Bijih nikel


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Teknologi terkini

Agung Budi Waskito menyampaikan proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel dalam pengoperasiannya kelak akan menggunakan rute Rotary Kiln – Electric Furnace yang sudah terbukti (proven) untuk mengolah bijih nikel kadar 1.59 persen Ni menjadi ferronickel dengan kadar 22%.

Dikemukakan, berbeda dengan pabrik nikel di Indonesia pada umumnya yang menggunakan electric furnace tipe circular, pabrik ini menggunakan electric furnace tipe rectangular yang memiliki keunggulan, antara lain, pertama, memiliki konsumsi energi/ton atau kWh/ton yang lebih efisien karena menggunakan desain electrode yang tercelup slag (submerged).

Kedua, memiliki service life yang lebih lama karena fleksibilitas struktur rectangular yang sangat baik mengatasi masalah ekspansi furnace.

Ketiga, Memiliki tingkat recovery Ni yang lebih baik, melalui bagian slag settling yang diperpanjang oleh dimensi rectangular.

Sementara, proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian kobalt yang menjadi inti pada kerja sama dengan CKI-WIKA, teknologi yang akan digunakan adalah teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang sudah terbukti untuk mengolah bijih nikel limonit kadar 1,25 persen Co and 0,13 persen Ni menjadi Mixed Hydroxide Precipitate dengan kandungan 40 ribu ton Nikel/tahun dan 4 ribu ton Kobalt/tahun sebagai bahan baku komponen baterai kendaraan listrik.

Baca Juga: Tarik ulur smelter tembaga, begini kata IMA dan AP3I

Produk sampingan (byproduct) yang bernilai ekonomis dari HPAL plant ini adalah konsentrat Kromium sebesar 158 ribu ton/tahun.

Teknologi HPAL mampu memanfaatkan bijih nikel kadar rendah (limonit) untuk diambil mineral berharganya seperti kobalt dan nikel secara ekonomis, dikarenakan konsumsi energi yang rendah, sehingga meminimalisir biaya operasional (Opex) dan memiliki tingkat perolehan (recovery) nikel dan kobalt yang tinggi hingga 90%.

Kedua proyek yang ditandatangani tersebut, dikatakan, semakin menambah portofolio WIKA yang sebelumnya telah berhasil menyelesaikan Pabrik Feronikel RKEF Halmahera Timur; Ore preparation line 4 MOP – PP RKEF FeNi Pomalaa, Sulawesi Tenggara; RKEF Non Crucible Furnace MOP - PP Pomalaa, Sulawesi Tenggara; Refining System MOP PP RKEF FeNi 1 Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan Chemical Grade AluminaTayan, Kalimantan Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×