Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pemilihan umum tahun 2024, Colliers Indonesia menyampaikan sejumlah dampak terhadap bisnis properti di Indonesia. Hal ini lantaran meluasnya berita yang menimbulkan perdebatan di antara partai politik, rencana kebijakan dan komitmen ke depan dari masing-masing calon presiden hingga kekhawatiran atas ketidakpastian menjelang pemilihan juga dapat berdampak terhadap pasar properti.
Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia mengatakan hanya dalam hitungan beberapa bulan ke depan hingga perayaan demokrasi Indonesia menuju kepemimpinan baru, para investor dan pembeli properti cenderung untuk menunda keputusan bisnis.
"Meskipun hasil pemilihan tidak menentukan nasib kondisi pasar akan tetapi pemilihan ini mempengaruhi sentimen secara keseluruhan. Setelah pemilihan, diharapkan pembeli properti akan melanjutkan aktivitas dan menghidupkan kembali pasar," jelas Ferry melalui keterangan persnya, Jumat (1/12).
Baca Juga: Perputaran Duit Semakin Kencang di Masa Kampanye
Dari sektor perkantoran, research Colliers menunjukkan kekhawatiran terhadap potensi ketidakstabilan politik tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor perkantoran. Di kalangan pemilik atau pengembang properti perkantoran, kekhawatiran terbesar adalah apakah hasil dari pemilu ini akan berpengaruh pada perubahan regulasi, terutama yang terkait dengan proyek konstruksi yang sedang berlangsung.
Pada umumnya pelaku bisnis cenderung untuk mengambil pendekatan ‘wait and see’, atau memastikan proyek pembangunan berjalan lancar, dan segera membuat keputusan saat sudah ada kepastian dari hasil pemilihan umum.
Di sektor Industrial, para investor dan perusahaan saat ini berpacu untuk mempercepat penyelesaian proyek-proyek yang ada untuk mengejar target sebelum pemilihan umum.
"Bila ada pekerjaan proyek yang terkait kerja sama dengan pemerintah, pelaku bisnis cenderung mengambil pendekatan ‘wait and see’," katanya.
Di sektor ritel, iklim politik dapat memengaruhi keputusan strategis bagi pemain baru (retailer) di pasar ritel, terutama retailer asing, yang memiliki kekhawatiran terhadap potensi perubahan regulasi. Dalam penemuan Colliers, terlihat para pengusaha ritel cenderung ingin agar proyek-proyek mereka dapat diselesaikan sebelum pemilihan umum dan pergantian kepemimpinan.
"Hal ini agar keberlangsungan proyek bisa menjadi lebih pasti. Dari sudut pandang retailer, inisiatif ekspansi tetap tidak terpengaruh selama mereka menilai lokasi tersebut sesuai dan menjanjikan," sambung Ferry.
Baca Juga: Bisnis Kawasan Industri Diprediksi Tetap Menggeliat Tahun Depan meski Ada Pemilu
Sementara di sektor Hotel, sebagian besar pelaku bisnis hotel berharap bahwa pemilihan ini akan selesai dalam satu putaran, dengan demikian diharapkan pelaku industri hotel bisa lebih fokus pada pasar bisnis lain yang memberikan kontribusi pendapatan yang lebih signifikan. Hotel bisnis, terutama bintang empat dan lima di Jakarta, dinilai akan lebih selektif dalam mengakomodir kegiatan terkait acara politik selama pemilihan umum 2024.
Untuk sektor Residensial terutama Hunian Ekspatriat umumnya tidak terpengaruh secara langsung dengan adanya pemilihan umum. Seperti halnya dengan pasar industrial dan ritel, kekhawatiran biasanya muncul karena adanya potensi regulasi dapat saja berubah saat pemerintahan bertransisi. Oleh karena itu, dampak pada pasar sewa hunian bagi pekerja asing mungkin dapat terasa setelah pemilihan umum selesai dan kebijakan baru diterapkan.
Sedangkan di sektor Apartemen, Ferry mengamati bahwa pasar apartemen pada tahun 2024 masih menghadapi tekanan akibat beberapa faktor seperti tingginya tingkat suku bunga yang berkelanjutan, ,memungkinkan kontribusi pada potensi kenaikan suku bunga hipotek, dan penurunan jumlah investor yang memilih apartemen sebagai bentuk investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News