kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Corona membuat industri makanan dan minuman berhati-hati dalam ekspansi


Senin, 21 September 2020 / 18:59 WIB
Corona membuat industri makanan dan minuman berhati-hati dalam ekspansi
ILUSTRASI. Produk PT. Kino Indonesia. KONTAN/Baihaki/26/11/2015


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun ini perusahaan makanan dan minuman tetap rajin berekspansi, khususnya dari sisi peningkatan kapasitas produksi. PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) misalnya sudah menganggarkan belanja modal sebanyak Rp 8 miliar di paruh pertama tahun ini.

Anggaran belanja modal tersebut sebagian besar untuk menambah mesin produksi. "Beberapa mesin baru ada yg bersifat penggantian mesin-mesin lama/tua dan ada yang merupakan penambahan," ujar Agustus Sani Nugroho, Direktur Utama FOOD kepada Kontan.co.id, Sabtu (19/9).

Secara teknis keseluruhan belanja modal tersebut akan menambah efisiensi produksi, disamping meningkatkan kapasitas produksi. Namun dalam situasi pandemi seperti saat ini dimana market sangat tertekan, kontribusi secara volume atas mesin-mesin tersebut kata Agustus jadi tidak menonjol.

Baca Juga: Pertumbuhan industri makanan dan minuman terhambat selama pandemi corona

Mengenai anggaran belanja modal di semester kedua ini manajemen belum dapat mengutarakan lebih lanjut. Kondisi pandemi yang belum pulih, membuat perusahaan cukup berhati-hati dalam menganggarkan belanja modal.

Sementara itu, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) tak akan menyia-nyiakan anggaran belanja modal tahun ini yang sebesar Rp 350 miliar. Seluruhnya akan terserap tanpa terkecuali di tahun ini.

Sebelumnya Budi Muljono, Direktur Keuangan KINO bilang sampai akhir semester pertama 2020, produsen barang konsumer tersebut telah menyerap sekitar Rp 210 miliar dana belanja modal alias sudah sebanyak 60% dari total anggaran.

"Anggaran capex Rp 350 miliar itu bakal terserap sepenuhnya hingga akhir tahun, karena kami memang telah berencana mengerek kapasitas produksi," ujarnya.

Itu artinya masih ada 40% atau Rp 140 miliar lagi yang akan digelontorkan perseroan di paruh kedua tahun ini.

Lebih lanjut Budi bilang serapan capex perusahaan hingga akhir tahun itu dipergunakan untuk membeli mesin-mesin produksi tambahan baik dari segmen bisnis perawatan tubuh maupun minuman. Sayangnya manajemen merahasiakan besaran kapasitasnya sehingga enggan menjelaskan lebih detail.

Kata Budi, ekspansi yang dilakukan perusahaan fokus pada tiga puluh brand produk yang dimiliki KINO. Adapun sepanjang semester satu 2020, KINO membukukan penjualan sebesar Rp 2,19 triliun atau turun tipis 1,30% dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Garudafood (GOOD) membidik kelas menengah

Untuk penjualan yang terkikis tipis, KINO menjelaskan penurunan tersebut dipicu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mempengaruhi aktivitas masyarakat. Adapun PSBB itu diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia. Di sisi lain, pandemi Covid-19 dirasa memperlambat penjualan ke beberapa negara.

Sekadar informasi, untuk semester I 2020 penjualan KINO masih ditopang oleh segmen personal care hingga Rp 1,11 triliun. Setelahnya disusul oleh segmen beverage yang berkontribusi hingga Rp 847 miliar.

Sementara untuk food and pet food berkontribusi Rp 195 miliar. Penjualan paling mini justru dicatatkan oleh segmen pharmaceutical hingga Rp 45 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×