Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
“Rokok itu membahayakan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian, dan bersifat adiksi. Adalah sesuatu yang aneh kalau produk berbahaya justru didiskon. Itu kan bukan sembako, bukan kebutuhan pokok. Jadi kalau ada kebijakan diskon, itu perlu kita pertanyakan, kenapa didiskon? Supaya apa?” tegas Lisda Sundari.
Dia menilai kebijakan inilah yang menyebabkan harga rokok menjadi murah dan dapat dengan mudah dibeli oleh masyarakat, khususnya anak-anak.
Baca Juga: Cukai hasil tembakau mulai berlaku pekan depan, ini harapan Sri Mulyani
“Siapa yang beli rokok-rokok murah? Ya orang miskin dan anak-anak kita. Jadi pertanyaan kita kembali kenapa rokok harus didiskon? Jadi ada semacam kontradiksi antara filosofi cukai dan kebijakan diskon rokok. Ini memperlihatkan ternyata pemerintah itu lebih memilih supaya orang membeli rokok murah, daripada melindungi masyarakat dari dampak rokok,” katanya.
Dia menegaskan apabila pemerintah serius dalam menangani problem prevalensi perokok di Indonesia, harga rokok seharusnya sulit dijangkau. Menurutnya kebijakan cukai sangat tidak konsisten dengan kebijakan diskon rokok yang membuat harga rokok tetap murah.
“Kalau murah, artinya yang diinginkan makin banyak rokok terjual, makin banyak cukai yang masuk, itu menandakan pemerintah makin tidak mampu mengendalikan konsumsi rokok. tidak konsisten antara kebijakan tentang cukai, dan kebijakan tentang diskon rokok.
“Kalau kebijakan cukai tidak berdampak pada pengendalian tembakau, kebijakan pembatasan HJE yang harus didorong dan dikaji. Karena berapapun cukai rokok naik, kalau harga rokok masih rendah ya pasti masih bisa dijangkau,” ujarnya.
Peneliti dari The Prakarsa Herni Ramdlaningrum mengatakan cukai rokok idealnya akan menyebabkan harga rokok naik. Akan tetapi dalam konteks industri rokok hal tersebut tidak serta merta berlaku.
“Jadi mungkin cukai rokok naik, tapi harga rokok naik tidak terlalu signifikan kenaikannya. Masyarakat punya substitusi terhadap jenis rokok yang lain," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News