kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dana terbatas, Spindo tunda ekspansi


Rabu, 26 Juni 2013 / 07:59 WIB
Dana terbatas, Spindo tunda ekspansi
ILUSTRASI. IHSG Terkoreksi di Awal Pekan, Saham Big Cap Ini Banyak Dijual Asing


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Minimnya dana membuat PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (Spindo) mengubah strategi investasi tahun ini. Perusahaan yang baru saja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini harus menunda beberapa rencana ekspansi.

Salah satunya adalah pembangunan pabrik baru di Gresik. Ibnu Susanto, Direktur Utama Steel Pipe Industry of Indonesia mengatakan, pabrik yang akan memproduksi pipa kecil ini baru akan dibangun pada Juli 2013 dan ditargetkan kelar akhir tahun.

Padahal, awalnya, pabrik ini ditargetkan sudah bisa produksi tahun ini. "Kami tetap akan memproduksi pipa kecil di pabrik Pasuruan," ujar Ibnu,  Selasa (25/6). 

Sehingga, pabrik Spindo di Pasuruan yang awalnya hanya membuat pipa besar, kini juga memproduksi pipa kecil. Penyebabnya, isi kantong perusahaan berkode saham ISSP ini tidak cukup untuk mendanai ekspansi tersebut.

Maklum, perolehan dana dari penerbitan saham perdana alias initial public offering (IPO) meleset dari target. Sekedar mengingatkan, pada Februari 2013 lalu, ISSP hanya meraup dana sekitar Rp 855,5 miliar dari perhelatan IPO.

Padahal, manajemen Spindo berharap bisa menjaring dana lebih dari Rp 1 triliun. Ketika itu, saham IPO ISSP laku di harga Rp 295 per saham. Adapun, harga penawaran ada di kisaran Rp 260-Rp 390 per saham.

Oleh karena itu, ISSP memangkas belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini dari Rp 800 miliar menjadi hanya Rp 200 miliar. "Kami hanya  menambah mesin untuk pabrik yang sudah ada dulu," tutur Ibnu.

Supaya irit, Spindo akan mendatangkan mesin baru dari Taiwan. Namun, kualitasnya dinilai tidak kalah dengan buatan Jepang. Tambahan sejumlah mesin tersebut bertujuan agar volume produksi Spindo meningkat dan fulus perusahaan kian tebal.

Maklum, pada kuartal I-2013, penjualan dan pendapatan perseroan turun dari Rp 784,95 miliar menjadi Rp 713,02 miliar. Kendati demikian, Spindo optimistis, hingga akhir tahun ini, penjualannya naik.

Revisi target

Walau optimistis, produsen pipa baja ini menurunkan target penjualan tahun ini. Awalnya, Spindo yakin penjualan bisa mencapai Rp 4 triliun.

Namun, akibat penundaan ekspansi itu, perseroan ini memasang target moderat. Hingga pengujung tahun 2013, Spindo menargetkan bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 3,8 triliun.

Angka ini meningkat sekitar 22,97% dari pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 3,09 triliun. Sekadar informasi, saat ini, Steel Pipe memiliki dua pabrik yang beroperasi di Karawang dan Pasuruan.

Adanya penambahan pabrik di Pasuruan akan membuat kapasitas produksi meningkat dari 300.000 ton per bulan menjadi 380.000 ton per bulan. Sementara untuk pabrik yang ada di Karawang, produksi akan terkerek dari 3.500 ton per bulan menjadi 10.000 ton per bulan.

Peningkatan produksi ini menjadi modal Steel Pipe untuk memperbaiki kinerja. Selain itu, di bidang jasa, perseroan telah mengantongi proyek dari korporasi berstatus BUMN, yakni Pertamina senilai US$ 36 juta.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×