kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dapat kredit, Cowell menggarap Lexington


Selasa, 19 Agustus 2014 / 07:15 WIB
Dapat kredit, Cowell menggarap Lexington
ILUSTRASI. Manfaat buah tin untuk kesehatan.


Reporter: Namira Daufina | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Manajemen PT Cowell Development Tbk boleh tersenyum lega. Pada 13 Agustus 2014 kemarin, anak perusahaannya, PT Satria Pusaka Permata Perkasa, telah mendapatkan utangan sebesar Rp 300 miliar dari Bank DKI.

Darwin Fernandes Manurung, Sekretaris Perusahaan Cowell Development Tbk membeberkan, jangka waktu pelunasan utang tersebut lima tahun dengan bunga 12,5% per tahun. "Sistemnya reimburse, seberapa yang kami gunakan untuk proyek, nanti itu yang akan diberikan oleh Bank DKI," jelas Darwin, kepada KONTAN, Senin (18/8).

Cowell berencana menggunakan semua pinjaman tersebut untuk modal kerja. Tepatnya, untuk mendanai proyek  apartemen anyar bertajuk The Lexington Residence yang terletak di Pesanggrahan, Bintaro, Jakarta Selatan. Ini adalah apartemen dua menara yang berdiri di atas lahan seluas 1,2 hektare (ha).

Biaya pembangunan The Lexington tak cukup cuma menelan Rp 300 miliar melainkan hingga Rp 600 miliar. Nah, sisa kebutuhan dana sudah didapat oleh Cowell. Sebelumnya, pada Juli lalu, perusahaan ini sudah mendapatkan kredit dari Bank Panin sebesar Rp 230 miliar.

Lantas, sisa kebutuhan dana sebesar Rp 70 miliar bakal dipenuhi dari kas internal. Namun, mengintip laporan keuangan Cowell per 31 Desember 2013, perusahaan ini hanya memiliki kas dan setara kas Rp 28,29 miliar saja. Sementara duit internal dalam catatan keuangan per 30 Juni 2014 bertambah tapi masih di bawah Rp 70 miliar, yakni Rp 37,43 miliar.

Terlepas dari catatan kas dan setara kas tersebut, Cowell menyatakan masih percaya diri dengan kondisi keuangannya pasca mendapatkan pinjaman dari dua perbankan tersebut. "Dengan pinjaman dari Bank DKI dan Bank Panin serta ekuitas perusahaan, kami masih dalam batas aman dan belum membutuhkan tambahan pinjaman dalam waktu dekat ini," tandas Darwin.

Kembali melongok laporan  laporan keuangan Cowell, rasio utang terhadap ekuitas per 31 Desember 2013 adalah 0,64 kali. Sementara rasio utang terhadap ekuitas per 30 Juni 2014 adalah 1,48 kali.

Kinerja melorot

Adapun mengenai kinerja Cowell sepanjang enam bulan pertama ini, rapor perusahaan ini tak menggembirakan. Pendapatan perusahaan berkode  saham COWL di Bursa Efek Indonesia ini pada semester I-2014 turun 4,22% sehingga menjadi Rp 171,24 miliar.

Kinerja top line yang menyusut tersebut tak urung membikin bottom line juga jeblok. Laba tahun berjalan Cowell pada semester I-2014 cuma Rp 13,08 miliar. Padahal pada semester I-2013 masih bisa laba Rp 27,29 miliar.

Atas kinerja tersebut, Darwin buru-buru bilang jika kinerja tersebut belum bisa dijadikan patokan kinerja perusahaannya. "Dalam bisnis properti yang dilihat itu hasil di akhir tahun, karena masih banyak proyek kami yang sedang berjalan, masih dalam tahap pengembangan dan belum memberi pemasukan," terang Darwin.

Sebagai informasi, The Lexington menyasar kalangan menengah ke atas. Harga unit apartemen ini  Rp 30 juta per meter persegi (m²). Cowell menargetkan hingga akhir tahun bisa menjual 90% unit apartemennya ini.

Selain Lexington, Cowell juga menggarap dua proyek lain. Pertama,  superblok bernama The Oasis di Cikarang, Jawa Barat.

Kedua, hunian rumah tapak, apartemen dan kondotel bernama Borneo Paradiso di Balikpapan, Kalimantan Timur. Proyek ini yang sudah digulirkan sejak 2009 ini sudah memasuki fase III. Cowell mengklaim telah melego 30% unit di dalam proyek itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×