Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Trimegah Bangun Persada (NCKL) atau dikenal Harita Nickel tengah menyiapkan pembelian tambang nikel baru di tahun ini. Perusahaan akan menggunakan dana rights issue.
Seperti diketahui, NCKL berencana rights issue maksimum 18,92 juta saham atau 30% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Rumors yang beredar bahwa ada tiga entitas yang akan menyerap rights issue tersebut, yakni Glencore, Itochu, dan United Tractors.
Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy mengungkapkan bahwa pihaknya tidak bisa menjawab soal nama ketiga itu, tetapi intinya tujuan adanya rencana rights issue tersebut karena ada ketertarikan investor strategic yang ingin masuk ke Harita Nickel.
"Ada beberapa penawaran investor dari Eropa, Asia, dan Indonesia. Mereka sedang due diligance. Kami akan memilih nantinya," ungkap dia, Rabu (3/4).
Roy mengatakan, dengan dana itu nantinya peusahaan akan menambah tambang nikel baru dengan cara akuisisi sehingga bisa menambah kapasitas produksi yang ada. "Kami di tahun 2023 terus lakukan ekspansi," kata dia.
Asal tahu saja, saat ini produksi nikel ore perusahaan mencapai 20,7 juta ton dan smelter perusahaan menyerap 15 juta ton. Sehingga semua produksi nikel ore diserap oleh smelter NCKL.
Ia mengatakan, perusahaan pada Juni melakukan ekspor nikel sulfat dan kobalt sulfat bulan Juli 2023. Keduanya adalah turunan lebih lanjut dari nikel ore, mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kadar nikel sekitar 40% dan menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.
"Jadi kami semua ekspor ke pembeli di luar negeri," ujar dia. Nikel sulfat dan kobalt sulfat itu untuk baterai prekursor. Sayangnya di Indonesia belum ada pabrik baterai prekursor.
Pada akhir tahun 2023 perusahaan melakukan akuisisi dua tambang dan satu penambahan saham di satu tambang. Selain itu, kata Roy di akhir 2023 juga perusahaan membangun pabrik smelter HPAL kedua yang konstruksinya sudah 74% akhir Februari 2024. "Ini ekspansi smelter HPAL kedua kami di Pulau Obi, akhir bulan ini akan commisioning line 1," kata dia.
Dia mengatakan, kapasitas produksi pada akhir 2024 akan mencapai 120.000 ton MHP per tahun dari yang sebelumnya hanya 55.000 ton MHP per tahun. Sementara untuk feronikel kapasitas produksi sudah 120.000 ton."Bisnis kami terintegrasi, kami sudah tiga step. Hanya memang pabrik katoda dan baterai pre kursor belum ada," terang Roy.
Ia menjelaskan saat ini memang harga nikel sedang terkoreksi turun karena terjadi booming nikel, terutama di tahun 2022 lalu. Semua perusahaan berusaha untuk masuk ke bisnis nikel. "Termasuk pengusaha Indonesia yang tidak bisnis nikel, tiba tiba masuk ke bisnis ini," ujar dia.
Setelah kelebihan pasokan dunia disertai dengan lesunya ekonomi dalam negeri China, harga nikel mulai jatuh. "China itu pembeli nikel dari seluruh dunia. Mereka pakai nikel untuk stainless steel dan baterai mobil listrik, sementara Properti China lagi lesu, sekarang mau dikasih insentif," ungkap dia.
Tetapi, untuk pengembangan mobil listrik dan baterai mobil listrik di China sangat pesat. Sehingga perusahaan optimistis dengan adanya kendaraan listrik permintaan nikel sulfat dan kobalt sulfat akan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News