kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Daya beli masyarakat lesu, penjualan Indonesian Tobacco (ITIC) naik double digit


Minggu, 07 Juni 2020 / 18:04 WIB
Daya beli masyarakat lesu, penjualan Indonesian Tobacco (ITIC) naik double digit
ILUSTRASI. Indonesian Tobacco (ITIC) membukukan penjualan neto sebesar Rp 44,91 miliar, tumbuh 17,50% yoy.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mencatatkan kinerja yang prima di tiga bulan pertama tahun ini. Sepanjang Januari-Maret 2020 lalu, emiten tembakau iris berkode saham ITIC ini membukukan penjualan neto sebesar Rp 44,91 miliar. Realisasi ini tumbuh 17,50% dibanding penjualan neto periode sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 38,22 miliar.

Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, pertumbuhan penjualan tembakau iris ITIC didorong oleh pelemahan daya beli masyarakat di tengah lesunya perekonomian nasional. Menurut Djonny, daya beli yang menurun telah menggeser preferensi masyarakat untuk mengonsumsi produk hasil tembakau dengan harga yang ekonomis.

Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) bakal tambah anggaran capex 2020 untuk beli daun tembakau

Dalam perubahan perilaku konsumen yang demikian, produk-produk tembakau iris ITIC menjadi lebih menarik untuk dipilih oleh karena harganya yang lebih ekonomis dibanding rokok ataupun produk tembakau kompetitor lainnya. “Produk kami per pack isi 40 gram harga ecerannya Rp 5.000, bisa dibikin menjadi 30-40 batang rokok,” kata Djonny kepada Kontan.co.id pada Minggu (7/6).

Djonny tidak memungkiri bahwa pertumbuhan penjualan neto juga diiringi dengan kenaikan pada sejumlah pos beban. Meski begitu, kenaikan yang dibukukan dinilai masih proporsional.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2020, beban pokok penjualan ITIC naik 15,43% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 32,37 miliar di kuartal I 2020. Sebelumnya, beban pokok penjualan ITIC hanya mencapai Rp 28,04 miliar pada kuartal I tahun lalu.

Baca Juga: Cukai rokok naik, Indonesian Tobacco (ITIC) justru dapat berkah

Kenaikan juga dijumpai pada beban usaha. Sepanjang Januari - Maret 2020 lalu, beban usaha ITIC naik  26,47% yoy menjadi  Rp 5,01 miliar. Sebelumnya, beban usaha ITIC tercatat sebesar Rp 3,96 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Kendati demikian, ITIC juga berhasil menekan beban keuangan. Melansir laporan keuangan kuartal I 2020, beban keuangan ITIC tercatat turun 36,44% yoy dari semula Rp 7,21 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 4,58 miliar pada kuartal I 2020.

Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) tetap kaji ekspansi pabrik di tengah pandemi corona

Setelah penjualan neto dikurangi beban pokok penjualan, beban usaha serta beban-beban lainnya, ITIC berhasil mengempit laba bersih sebesar Rp 1,78 miliar di kuartal I 2020. Posisi ini berbalik bila dibandingkan periode sama tahun lalu ketika ITIC membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,25 miliar akibat adanya beban-beban one-time-charge seperti biaya penalti pindah bank, biaya  penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), dan sebagainya.

Per 31 Maret 2020 lalu, aset Indonesian Tobacco tercatat sebesar Rp 462,03 miliar. Angka ini terdiri atas ekuitas sebesar Rp 262,81 miliar dan liabilitas sebesar Rp 199,21 miliar.

Sementara itu, kas dan bank akhir tahun tercatat sebesar Rp 6,57 miliar per 31 Maret 2020. Angka ini melesat 485,61% dibanding kas dan bank awal tahun tahun buku 2020 yang tercatat sebesar Rp 1,12 miliar.

Baca Juga: Ada corona, Indonesian Tobacco (ITIC) percepat pengiriman produk ke distributor utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×