Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar sepeda di Indonesia mengalami perubahan signifikan sepanjang 2024, terutama karena tren bersepeda yang memudar pasca pandemi Covid-19 dan melemahnya daya beli masyarakat.
PT Roda Maju Bahagia (RMB), produsen sepeda dengan merek Element Bike, mengungkap strategi untuk bertahan di tengah tantangan ini, termasuk fokus pada segmen sepeda middle-low dan ekspansi ke pasar ekspor.
Menurut CEO PT Roda Maju Bahagia, Hendra, daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan, sehingga terjadi pergeseran permintaan ke produk dengan harga lebih terjangkau, seperti sepeda anak-anak dan sepeda dewasa kelas middle-low.
Baca Juga: Kemenperin Revisi Beleid Terkait TKDN, Apple Bakal Lolos?
"Tren pasar saat ini lebih condong ke middle-low price, kemungkinan karena daya beli yang melemah. Meski begitu, dari segi jumlah unit, penjualan produk Element Bike meningkat dibandingkan 2023, meski kami belum dapat mempublikasikan angka pastinya," ujar Hendra kepada KONTAN, Kamis (21/11).
Untuk menghadapi perubahan ini, PT RMB menurunkan produksi sepeda premium seperti sepeda lipat, yang saat ini hampir tidak memiliki pasar. Sebaliknya, perusahaan lebih agresif memproduksi sepeda anak-anak serta meluncurkan desain baru yang lebih terjangkau dan sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.
"Sepeda listrik juga menunjukkan peningkatan permintaan. Fokus kami ada pada desain dan model baru yang lebih cocok untuk pasar lokal," tambah Hendra.
Selain itu, PT RMB juga memperkuat pemasaran digital melalui iklan online serta membuka showroom baru di berbagai kota. Hingga saat ini, perusahaan telah memiliki 15 toko MitraION dan berencana untuk terus menambah jumlahnya.
Melihat pasar domestik yang menantang, PT RMB mulai memperluas pasar ekspor. Tahun ini, perusahaan telah menyiapkan produk baru untuk menembus pasar Amerika Serikat, India, dan sejumlah negara di Asia.
"India menjadi salah satu target ekspor kami karena potensinya yang besar. Model-model baru telah kami siapkan untuk mendukung penetrasi pasar di sana. Selain itu, kami juga terus menjajaki negara-negara lain di Asia," jelas Hendra.
Hendra mengakui bahwa pasca booming pada 2020, ketika permintaan sepeda melonjak drastis akibat pembatasan sosial, pasar kini menjadi lebih sepi. Hal ini menyebabkan perusahaan menurunkan produksi agar tidak terjadi kelebihan pasokan seperti yang pernah terjadi pada 2021.
"Dulu di 2021 kami mengalami oversupply karena permintaan yang tidak terprediksi. Sekarang, kami lebih realistis dalam memproduksi dan fokus pada strategi baru untuk menjaga stabilitas perusahaan," ungkapnya.
Baca Juga: Produk Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) Melonjak 2 Kali Lipat, Ini Pendorongnya
Selanjutnya: Hasil Kunjungan 5 Negara, Prabowo Bawa Komitmen Investasi US$ 18,5 Miliar
Menarik Dibaca: Resep Gurihnya Nasi Uduk Betawi Komplit yang Cocok Jadi Menu Makan Siang Hari Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News