Reporter: Mila Sari | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - PT Delami Garment Industries menargetkan produksi 2 juta pieces atau potong pakaian tahun ini. Perusahaan yang mengawali bisnis sejak tahun 1979 di Bandung, Jawa Barat tersebut, mengandalkan pasar dalam negeri.
Delami Garment memproyeksi, komposisi penjualan tahun ini terdiri dari 90% domestik dan 10% ekspor. Proyeksi itu mempertimbangkan ongkos produksi.
Asal tahu, sejauh ini perusahaan ritel dan manufaktur tekstil tersebut mencukupi kebutuhan bahan baku dari pasokan lokal dan impor. Penggunaan bahan baku lokal maupun impor itu tergantung pada jenis produk pakaian yang akan mereka bikin.
Masalahnya, biaya belanja bahan baku impor tak murah. "Cost per pieces untuk ekspor lebih mahal," terang Rosa Hariani Setiawati, Manajer HR PT Delami Garment Industries di Bandung, Jawa Barat, Selasa, (26/9).
Oleh karenanya, Delami Garment memutuskan akan mempertahankan dominasi pasar domestik hingga beberapa tahun ke depan. Alih-alih memperluas jangkauan pasar ekspor, mereka memilih strategi mengembangkan merek sendiri alias own brand.
Beberapa merek sendiri Delami Garment seperti The Executive, Et Cetra, Colorbox, Tira Jeans. Selain merek sendiri, mereka juga memegang lisensi merek lain yakni Lee, Wood dan Wrangler.
Produksi tekstil Delami Garment mengandalkan dua pabrik. Menurut situs resmi perusahaan itu, ada pabrik di Sukabumi, Jawa Barat yang beroperasi sejak tahun 2010. Lantas pada tahun 2015, hadir pabrik di Purbalingga, Jawa Tengah. Sementara pemasaran produk Delami Garment mengandalkan 1.500 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hingga kini, belum terbersit dalam benak Delami Garment untuk menambah jumlah outlet atau merek anyar. "Belum tahu, kami masih melihat kondisi ke depan, karena masih banyak yang harus dipikirkan ke depan," tutur Rosa.
Manajemen Delami Garment tak membeberkan target nilai penjualan 2017. Mereka cuma menyatakan kalau 40% penjualan tahun ini bakal berasal dari bisnis ritel.
Yang terang, Delami Garment juga menghadapi tantangan dalam menjalankan bisnis. Persaingan merek lokal dengan merek luar negeri adalah salah satu tantangan bisnis yang dihadapi.
Dalam kunjungan ke kantor Delami Garment, Menteri Perindustrian Airlangga Hartato menilai, kendala perkembangan merek tekstil lokal terletak pada penguasaan lokasi-lokasi pemasaran. Pada kenyataannya, merek-merek luar negeri mendapatkan lokasi yang lebih strategis dibandingkan dengan merek lokal.
Dus, pemerintah bakal mendukung industri tekstil lokal. Sebab, 90% produk tersebut bikinan dalam negeri. "Jadi kita dorong, dengan demikian tentunya dia bisa mendapatkan nilai tambah lebih tinggi dari pada 100% ekspor," kata Airlangga.
Dalam catatan pemberitaan KONTAN, Delami Garment juga mengembangkan bisnis restoran Healthy Choic. Ini adalah makanan restoran organik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News