Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Terlepas dari itu, DOID memastikan kegiatan operasionalnya tetap berjalan normal di tengah negosiasi perpanjangan kontrak. "Bahkan ketika kontrak dengan Kideco habis bulan lalu, kami masih beroperasi di sana," tutur Regina.
Sekadar catatan, Kideco Jaya Agung menyumbang pendapatan sebesar US$ 65,30 juta atau setara 9% dari total pendapatan DOID di kuartal tiga tahun lalu sebanyak US$ 690,33 juta. Adapun pendapatan dari Berau Coal mencapai US$ 335,11 juta atau berkontribusi hingga 49% dari total pendapatan perusahaan.
Di sisi lain, pihak DOID belum menentukan apakah akan menambah kontrak baru dari perusahaan lain atau sebaliknya. Pasalnya, emiten ini masih perlu melihat lebih lanjut perkembangan pasar batubara di tengah pergerakan harga yang cenderung rentan terkoreksi. "Kuncinya adalah harga batubara pulih dan stabil," kata Regina.
Baca Juga: Strategi Emiten Batubara Memacu Diversifikasi
Di samping itu, DOID juga belum bersedia memberikan proyeksi target kinerja keuangan maupun operasional pada tahun ini lantaran masih dalam pembahasan Rencama Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan (RKAB).
Sebagai informasi, di tahun lalu DOID menargetkan volume pengupasan batuan penutup atau overburden removal sebesar 380 juta--420 juta Bcm. Per kuartal tiga tahun lalu, volume OB DOID telah mencapai 301 juta bcm atau naik 6% (yoy) secara tahunan.
Adapun dari segi kinerja keuangan, pendapatan DOID tumbuh 8,3% (yoy) menjadi US$ 690,33 juta hingga kuartal tiga 2019. Akan tetapi, laba bersih perusahaan merosot 43,48% (yoy) menjadi US$ 28,15 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News