Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) memburu pertumbuhan kinerja. Tahun ini, emiten kontraktor jasa pertambangan ini mengejar target pendapatan sebanyak US$ 1,3 miliar - US$ 1,5 miliar.
“(Target) EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) US$ 320 juta - US$ 380 juta,” ujar Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis kepada Kontan.co.id (14/3).
Target kinerja DOID di tahun 2022 lebih besar jika dibandingkan dengan target kinerja perusahaan untuk tahun buku 2021. Tahun lalu, DOID mencanangkan target pendapatan sebesar US$ 780 juta - US$ 860 juta dengan target EBITDA US$ 200 juta - US$ 240 juta.
Baca Juga: Anak Usaha Delta Dunia (DOID) Memperbarui Kontrak Jasa Pertambangan di Australia
Menurut Regina, optimisme DOID dalam mencanangkan target salah satunya berdasar pada adanya sejumlah kontrak yang didapat pada tahun 2021 lalu. Sedikit kilas balik, DOID memperoleh kontrak jasa tambang dari anak usaha PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yakni PT Indonesia Pratama (IPR) pada Januari 2021 lalu.
Kontrak tersebut memiliki jangka waktu hingga Desember 2031 mendatang dengan nilai sekitar Rp 26 triliun. Pengerjaan kontrak jasa tambang untuk anak usaha BYAN tersebut dimulai pada tahun 2022 ini.
Selain kontrak dengan anak usaha BYAN, DOID juga mengantongi kontrak baru dari PT Adaro Indonesia untuk jasa pertambangan di tambang Tutupan, Kalimantan Selatan di tahun 2021. Perjanjian kontrak tersebut memiliki jangka waktu hingga Desember 2025 mendatang.
Pekerjaan jasa pertambangan dalam kontrak ini meliputi pengupasan lapisan tanah penutup atau overburden removal besar 234 juta bank cubic meters (bcm) serta produksi batubara sebanyak 44 juta ton.
Rata-rata produksi tahunan diperkirakan berada dalam kisaran 30-70 juta bcm untuk pengupasan lapisan tanah penutup dan 5,0 -12,0 juta ton untuk produksi batubara. Pekerjaan jasa tambang untuk Adaro di Tutupan sudah dimulai sejak tahun lalu. Kontan.co.id belum mendapat informasi berapa nilai dari kontrak DOID dengan Adaro ini.
Sepanjang tahun 2022 ini, DOID mengejar target volume pengupasan lapisan tanah penutup atau overburden removal (OB) sebanyak 480 juta bcm - 565 juta bcm,serta target produksi batubara 74 juta - 86 juta ton.
Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan realisasi OB dan produksi batubara DOID di tahun 2021. “(Realisasi) volume OB full year 2021 326 juta bcm dan (realisasi produksi batubara) 53,7 juta ton,” tutur Regina.
Di tahun 2022 ini, DOID menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) US$ 150 juta - US$ 200 juta. Sebagian besar anggaran tersebut dialokasikan untuk keperluan perawatan alias maintenance.
Mengutip laporan keuangan interim perusahaan (unaudited), DOID membukukan pendapatan neto US$ 596,74 juta pada sepanjang Januari-September 2021 lalu, naik 20,75% dibanding realisasi pendapatan neto Januari-September 2020 yang sebesar US$ 494,17 juta.
Setelah pendapatan dikurangi pengeluaran di berbagai pos beban, DOID mencatatkan rugi neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 16,10 juta pada Januari-September 2021. Jumlah tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan rugi neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk periode Januari-September 2020 yang sebesar US$ 3,69 juta.
Belum ketahuan seperti apa realisasi kinerja keuangan DOID di tahun 2021 untuk setahun penuh. Saat tulisan ini dibuat, DOID belum merilis laporan keuangan tahunan untuk tahun 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News