Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mulai Rabu (15/4) lalu, Departemen perhubungan (Dephub) mengevaluasi seluruh penerbangan perintis. Dari evaluasi itu, Dephub akan memutuskan perlu tidaknya mengurangi atau menambah rute baru. "Jumat kami akan mengumumkan hasilnya," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Harry Bhakti.
Harry menjelaskan, jika tingkat kunjungan penumpangnya pada rute perintis lama bertambah signifikan, Dephub akan meningkatkan statusnya jadi penerbangan komersial alias non subsidi. "Mana yang akan kami tingkatkan, tergantung hasil evaluasi," ujarnya.
Adapun daerah yang akan dimasukkan dalam rute perintis baru, menurut Harry, antara lain pulau-pulau kecil di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Aceh, dan Kalimantan.
Rencana ini tampaknya bakal menemui kendala. Pasalnya, sejumlah maskapai memiliki keterbatasan armada untuk melayani rute perintis.
Merpati Airlines, misalnya, hingga saat ini belum bisa mengabulkan permintaan sejumlah Pemda. "Tawaran dari pemprov Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Aceh, belum bisa terpenuhi karena kekurangan armada," kata General Manager Merpati Airlines Aries Munandar.
Untuk rute perintis, kata Aries, saat ini Merpati hanya mengoperasikan 12 armada perintis jenis Cassa 212 - 200 kapasitas 20 tempat duduk dan 7 Twin Otter dengan kapasitas 18 tempat duduk.
Sementara Lion Air, kata Direktur Umumnya, Edward Sirait, kemungkinan mengisi penerbangan perintis pada 2009 ini. "Yang pasti kami lihat dahulu rutenya," katanya.
Rute perintis adalah rute yang menghubungkan bandar udara bukan pusat penyebaran dengan bandar udara yang terletak pada daerah terisolasi atau tertinggal. Anggaran public service obligation (PSO) untuk rute perintis tahun lalu mencapai Rp 126 miliar. Dari jumlah ini, sebanyak Rp 70 miliar mengalir ke Merpati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News