kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Desakan FCTC semata kepentingan perang dagang


Senin, 13 Oktober 2014 / 09:03 WIB
Desakan FCTC semata kepentingan perang dagang
ILUSTRASI. Customer Service melayani nasabah di kantor CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Senin (27/6/2022). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/06/2022


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Ambisi kelompok anti rokok mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk segera mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dinilai budayawan Mohammad Sobary tidak lepas dari intervensi pihak asing.

"Pihak asing yang penuh watak angkara murka hendak mencaplok bisnis kretek yang luar biasa besar ini," kata Sobary, Senin (13/10).

Kang Sobary, begitu ia disapa, menambahkan, segenap aturan mengenai tembakau dan produk-produk olahannya, disusun berdasarkan masukan kepentingan asing, yang mengandalkan aturan-aturan dari FCTC. Konyolnya, pemerintah meng-copy mentah-mentah aturan tersebut untuk diterapkan di Indonesia.

“Aturan-aturan yang diterapkan terhadap tembakau dan industri hasil tembakau pada hakekatnya dibuat berdasarkan alasan-alasan palsu dengan menekankan alasan demi kesehatan masyarakat sebagai cara dan strategi ampuh membasmi kretek,” tuturnya.

Dijelaskannya, ketika argumen demi kesehatan masyarakat itu tidak manjur, digantilah argumen ekonomi bahwa merokok itu pemborosan. Argumen ekonomi inipun tak begitu berpengaruh. 

Tetapi pelobi asing dibantu aparat pemerintah dari pusat hingga ke daerah-daerah, kaum profesional, para dokter, kaum aktivis, dan seniman dengan penuh semangat menelan argumentasi ini tanpa mau berpikir kritis atas argumentasi tersebut. “Semua siap menjadi makmum, dan mengamini argumen palsu itu,” tegas Sobari.

Dan akhirnya, lanjut Sobary, karena argument kesehatan dan ekonomi juga tak cukup meyakinkan, mereka menggunakan argument moral, melobi ormas keagamaan seperti Muhammadiyah dan Majelis Tarjih dalam organisasi itu, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyusun fatwa haram atas kretek.

"Sekali lagi, semua ini argumen palsu, untuk menutupi alasan yang sebenarnya, yakni perang dagang. Apa yang sedang terjadi ialah perang dagang,” tegasnya. (Sanusi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×