Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pembangunan kondominium hotel atau kondotel di kawasan Bogor dan sekitarnya kian sesak. Ini seiring pengembangan wilayah tersebut sebagai daerah hunian, komersial serta wisata.
Indonesia Property Watch mencatat, pasokan kondotel hingga tahun 2017 di wilayah tersebut mencapai 1.397 unit. "Jumlah tersebut termasuk kondotel yang eksisting dan akan dibuka," tutur Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Selasa (29/11).
Angka tersebut tumbuh 9% dari pasokan hotel yang saat ini mencapai 1.262 unit. Menurut Ali, hitungan tersebut merupakan unit hotel dengan kelas bintang 3 ke atas.
Pasar kondotel di kawasan ini masih besar ditopang oleh jumlah wisatawan yang rata-rata tumbuh 3,9% per tahun. Pada tahun 2015, jumlah wisatawan ke Bogor dan sekitarnya mencapai 1,3 juta wisatawan.
Dari 1,3 juta wisatawan, sekitar 70% membutuhkan akomodasi hotel dan sisanya menempuh perjalanan pulang pergi. "Sehingga, masih membutuhkan pasokan hotel dan kondotel," katanya.
Tak heran bila sejumlah pengembang tengah menggarap proyek kondotel di wilayah tersebut. Seperti PT Indra Megah Makmur (IMM) yang akan membangun Aston Ciloto Hotel dan Resort di Puncak, Ciloto, Jawa Barat.
Pengembang ini akan menggarap proyek properti tersebut pada kuartal I 2017. "Kami menargetkan pembangunan rampung di pertengahan 2019," ujar Soemitro Nicholas Hidayat, Direktur Indra Megah Makmur.
Pembangunan kondotel berkapasitas 186 kamar ini menelan investasi sekitar Rp 200 miliar. Kondotel tersebut berada di atas lahan 12.250 meter persegi (m²).
Fritz Bonar Panggabean, Direktur Indra Megah Makmur menambahkan kondotel itu akan resmi beroperasi pada 3 Desember 2016. Kendati demikian, pemasaran telah dilakukan sejak Mei 2016. "Jumlah peminat tinggi dan saat ini telah laku sekitar 39 unit," ujar Fritz.
Indra Megah menawarkan kondotel tersebut di kisaran harga antara Rp 1,4 miliar hingga Rp 1,6 miliar per unit. Sebagai operator hotel berbintang empat tersebut adalah jaringan hotel Aston. Di proyek ini, Indra Megah menawarkan return of investment (ROI) sekitar 20% di dua tahun pertama serta pembagian keuntungan 65% mulai tahun ketiga.
Untuk menarik minat pembeli, pengembang ini juga memberi program potongan harga. Salah satu syarat adalah membayar dengan cara tunai. Hal yang kerap pengembang lakoni untuk menarik minat pembeli.
Investasi lebih baik
Tak mau ketinggalan, PT Sahid International Hotel juga tengah menggarap proyek sejenis. Menurut Direktur Sahid International Hotel Vivi Herlambang, pihaknya menjadi operator kondotel bernama Sahid Eminence Hotel Convention dan Resort, di Puncak, Jawa Barat.
Kondotel bintang empat tersebut memiliki jumlah kamar sebanyak 379 unit. "Proses pembangunan sudah 80% dan kami akan melakukan finishing pada 9 Desember 2016," ujar Vivi.
Adapun pengembang proyek tersebut adalah PT Kurnia Land. Di proyek ini, Kurnia Land memiliki sekitar 10%-20% dari total kamar. Kondotel tersebut ditawarkan dengan harga sekitar Rp 850 juta hingga Rp 1,6 miliar per unit.
Vivi mengatakan, perusahaan menyasar kawasan Bogor dan sekitarnya lantaran masih menarik. Tingkat hunian atau okupansi di daerah tersebut cukup tinggi di atas 60%. "Dengan membaiknya ekonomi, investor bingung untuk menempatkan dananya. Sehingga, kondotel menjadi salah satu alternatif investasi (yang menarik) bagi investor," ujar Vivi.
Di proyek tersebut pihaknya memberi iming-iming tingkat imbal hasil sekitar 8% per tahun. Menurutnya, jumlah tersebut lebih baik dibandingkan tingkat suku bunga deposito yang di bawah angka tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News