Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menilai perkembangan dinamika harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih akan berpengaruh besar terhadap kinerja emiten tersebut di sisa tahun ini.
Sebagai informasi, penjualan SGRO hingga kuartal III-2022 meningkat meningkat tipis 0,25% year on year (YoY) menjadi Rp 3,91 triliun. Di periode yang sama, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 58,21% (YoY) menjadi Rp 806,33 miliar.
Dari sisi operasional, produksi tandan buah segar (TBS) inti SGRO naik 6% (YoY) menjadi 928.009 ton per kuartal III-2022. Di sisi lain, produksi tandan buah segar (TBS) eksternal SGRO turun 14% (YoY) menjadi 458.132 ton. Produksi CPO SGRO juga turun 5% (YoY) menjadi 284.314 ton.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Bagikan Dividen Interim Rp 90 Per Saham, Catat Jadwalnya
Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri menyampaikan, kenaikan harga CPO yang disertai efisiensi biaya-biaya berdampak cukup besar terhadap peningkatan pendapatan maupun laba bersih SGRO sampai kuartal III-2022. Berdasarkan newsletter perusahaan, harga jual rata-rata CPO milik SGRO naik 25% (yoy) menjadi Rp 12.849 per ton.
Sementara pada sisa tahun ini, ia memperkirakan harga CPO masih tetap stabil karena ditopang oleh adanya disparitas harga minyak nabati yang besar antara harga CPO dengan harga minyak kedelai di pasar global. Hal ini akan mendorong daya tarik produk CPO terhadap minyak kedelai.
“Alhasil, ini akan meningkatkan permintaan dari negara-negara yang sensitif terhadap harga seperti China dan India,” kata dia, Jumat (11/11).
Manajemen SGRO sendiri masih tetap menargetkan pertumbuhan produksi TBS pada tahun ini sekitar 4%--6% dibandingkan tahun lalu. Sayangnya, SGRO tidak membeberkan target produksi CPO tahun ini.
Untuk tahun 2023 mendatang. SGRO bakal tetap fokus untuk meningkatkan kinerja operasionalnya. SGRO berupaya melanjutkan program intensifikasi perkebunan sawit yang telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya seperti sistem manajemen air serta meningkatkan infrastruktur dan mekanisasi di area perkebunan.
Selain itu, SGRO juga menerapkan digitalisasi untuk meningkatkan monitoring, efektivitas produksi, dan efisiensi pekerjaan di kebun.
Baca Juga: Prospek Bisnis Masih Subur, SGRO Incar Produksi Tandan Buah Segar Tumbuh 6% Tahun Ini
SGRO sendiri masih melakukan kajian terkait pengembangan pabrik kelapa sawit baru. Asal tahu saja, saat ini SGRO memiliki 5 pabrik kelapa sawit di Sumatera dengan kapasitas 380 ton per jam. SGRO juga punya 3 pabrik kelapa sawit di Kalimantan yang berkapasitas 135 ton per jam. “Kami juga akan terus melakukan kegiatan penanaman kembali atau replanting,” imbuh Stefanus.
Saat ini, SGRO memiliki luas lahan tertanam hingga kuartal III-2022 mencapai 167.787 hektare (ha). Dari situ, luas lahan kebun yang telah menghasilkan mencapai 124.624 ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News