Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) mengungkap bahwa harga listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) lebih murah dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Alasan inilah yang membuat Kementerian ESDM memprioritaskan lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Maluku agar bisa menggantikan ketergantungan terhadap bahan bakar solar atau diesel.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengatakan jika dihitung per kilowatt hour (kWh) harga listrik di Maluku dengan PLTP adalah sebesar 9,5 sen per dolar.
"Tapi kalau diesel di Maluku sekitar US$ 40-50 sen per kWh. Ini panas bumi akan menjadi satu solusi base load yang jauh lebih murah," ungkap Eniya saat ditemui di acara press conference The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Senin (14/04).
Baca Juga: Gandeng Tencent dan Alibaba, GoTo Targetkan Migrasi Cloud Rampung di Q3 2025
Dengan potensi ini, Eniya bilang Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mendorong percepatan lelang WKP di Maluku yaitu WKP Banda Baru yang terletak di Provinsi Maluku dengan kapasitas 25 Megawatt (MW).
"Ini dorongan Pak Menteri untuk mempercepat Banda Baru, karena belum masuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) kemarin, jadi nanti neraca daya akan kita perbaiki langsung," tambah Eniya.
Selain Maluku, Kemen ESDM juga melihat potensi panas bumi di Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di pulau Flores.
Karena potensi panas bumi yang menurut catatan ESDM mencapai 402.5 MW dan cadangan 527 MW, pulau Flores diusulkan menjadi pulau panas bumi atau geothermal island.
"Bisa jadikan geothermal island. Jadi disitu, panas buminya luar biasa," ungkapnya.
Sama seperti Maluku, Flores juga menggantungkan sumber energi listrik mereka pada diesel. Dengan beban subsidi BBM yang harus dikeluarkan negara mencapai Rp 1 triliun dalam periode 1 tahun.
"Kalau bicara diesel, beban subsidi negara 1 tahun hanya untuk Flores saja adalah 1 triliun. Ini untuk Flores saja, yang sekecil itu," jelas Eniya.
Kedepan, dirinya berharap penggunaan solar dalam pembangkit listrik dapat dikurangi sehingga lebih diarahkan untuk penggunaan produksi yang dapat meningkatkan perekonomian daerah.
“Jadi BBM fungsinya tidak hanya untuk pembangkitan, tetapi dialihkan ke produktivitas industri, di mana pertumbuhan perekonomian harus mencapai 8% di tahun 2029,” ujarnya.
Baca Juga: Fluktuasi Pasar Modal Tekan Kinerja Unitlink Berbasis Saham Hingga Maret 2025
Selanjutnya: Pendapatan Pembiayaan Budi Gadai Tumbuh 66,7% jadi Rp 3,5 Miliar di Kuartal I 2025
Menarik Dibaca: KAI Amankan 1.083 Barang Tertinggal Selama Lebaran, Total Nilai Rp 1,28 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News