kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.368   37,00   0,23%
  • IDX 7.662   118,71   1,57%
  • KOMPAS100 1.060   12,21   1,17%
  • LQ45 803   8,75   1,10%
  • ISSI 254   2,42   0,96%
  • IDX30 416   4,84   1,18%
  • IDXHIDIV20 478   5,58   1,18%
  • IDX80 120   1,33   1,12%
  • IDXV30 123   1,75   1,44%
  • IDXQ30 132   1,24   0,95%

Mobil Hybrid (HEV) Masih Prospektif Hingga Tahun 2030


Senin, 28 Juli 2025 / 09:30 WIB
Mobil Hybrid (HEV) Masih Prospektif Hingga Tahun 2030
ILUSTRASI. Mobil listrik hibrida alias hybrid electric vehicle (HEV) berpotensi kian digandrungi pasar Indonesia.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mobil listrik hibrida alias hybrid electric vehicle (HEV) berpotensi kian digandrungi pasar Indonesia sebagai solusi transisi ke mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV), setidaknya hingga 2030 mendatang. 

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai, HEV bakal terus menjadi pilihan konsumen global selama kebijakan penghapusan kendaraan berbahan bakar fosil tetap ada. Nah, prediksinya kebijakan ini bakal ada hingga setidaknya tahun 2035.

“Untuk pasar Indonesia, HEV tetap relevan sebagai solusi transisi mengingat minimnya infrastruktur listrik dan preferensi konsumen yang pragmatis terhadap efisiensi BBM,” jelas Yannes kepada Kontan, Jumat (25/7). 

Baca Juga: Pilihan Kian Banyak, Mobil Hybrid Incar Peluang Menyalip di Pasar Otomotif

Di Indonesia, Yannes bilang HEV secara umum dibayangi oleh BEV China yang harganya agresif, serta insentif pemerintah yang lebih pro BEV. Menurutnya, itu bisa mempercepat penurunan daya tarik HEV dalam 10 tahun mendatang. 

“HEV diprediksi tetap menjadi pilihan hingga 2030, terutama di segmen menengah dan daerah di luar kota tier-1, tetapi akan perlahan tergantikan seiring berkembangnya ekosistem BEV lokal dan penurunan harga baterai dengan dukungan konsisten pemerintah dalam memberikan berbagai insentif khusus untuk BEV berbasis konten lokal,” ungkap Yannes. 

Sejalan, pengamat otomotif Bebin Djuanda bilang pasar BEV di Indonesia sebenarnya besar dan baru sedikit yang terjangkau. Artinya, masih banyak potensi yang tersisa untuk digali. 

Jika produsen BEV dapat memenuhi ekspektasi pasar Indonesia, yakni dengan desain terbaru dan harga terjangkau, Bebin bilang minat beli konsumen pasti terdorong. Namun untuk saat ini, di tengah lesunya ekonomi secara umum, HEV memang masih lebih menarik.

Baca Juga: Tren Mobil Hybrid Bangkit Lagi, APM Ramai-Ramai Tambah Lini Produk

“Bagi konsumen yang belum siap berubah gaya hidupnya untuk disesuaikan dengan BEV, maka masa transisinya memilih mobil hybrid,” kata Yannes kepada Kontan, Sabtu (26/7). 

Dalam kondisi ini, produsen otomatis menyesuaikan diri. Itu terlihat dari penambahan pemain dalam produsen HEV selama semester I-2025 ini. 

Jika pada semester I-2024 Gaikindo mencatat terdapat 7 merk yang menjual HEV di Indonesia, pada periode yang sama tahun ini jumlahnya bertambah menjadi 11 merk. Empat pemain baru itu adalah Hyundai, KIA, Mazda, dan GWM, sejumlah produsen yang tadinya fokus pada HEV.

Bebin bilang produsen Jepang sebagai perintis mobil hybrid tentu tidak rela pasarnya direbut produk-produk dari China yang menawarkan pilihan menarik dengan konsep dasar berbeda karena penguasaan teknologi baterai yang lebih baik.

“Produsen menyadari bahwasanya menjual BEV perlu diiringi pengadaan SPKLU, sehingga sambil menunggu pertumbuhan SPKLU, hybrid menjadi pilihan yang bijak,” pungkas Bebin.

Selanjutnya: Pasar Global Menguat, Investor Sambut Manuver Dagang Trump dengan UE dan Jepang

Menarik Dibaca: Infinix Smart 8 Harga Juli 2025, HP Murah dengan Dynamic Island Versi Android

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×