kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diwarnai kolaborasi dan akuisisi, hubungan ritel online-offline kian mesra


Kamis, 16 September 2021 / 21:25 WIB
Diwarnai kolaborasi dan akuisisi, hubungan ritel online-offline kian mesra
ILUSTRASI. Pengunjung mengenakan masker saat berbelanja di gerai?Hypermart.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perusahaan e-commerce semakin merangsek bisnis ritel di Indonesia. Perdagangan berbasis online-offline pun semakin mesra seiring maraknya aksi kolaborasi hingga akuisisi antara pebisnis ritel dengan pelaku e-commerce.

Terbaru, perusahaan e-commerce milik Group Djarum yakni PT Global Digital Niaga alias Blibli.com bersiap mengakuisisi hingga 51% saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), emiten pengelola supermarket premium Ranch Market dan Farmers Market.

Sebelumnya, ada Gojek yang masuk ke jaringan ritel Grup Lippo melalui PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), yang menaungi Hypermart. Melalui perusahaan afiliasinya, Gojek menggenggam 4,76% saham MPPA.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan, secara industri, fenomena maraknya kolaborasi dan akuisisi antara pelaku e-commerce dengan peritel konvensional mempertegas bahwa saat ini hingga ke depannya tidak ada lagi dikotomi antara perdagangan offline dan online.

Baca Juga: Bisnis remitansi bank pelat merah masih tumbuh hingga Agustus

Menjadi suatu keniscayaan, model bisnis dan ekosistem offline-online atau online-offline (O2O) menjadi model bisnis di sektor perdagangan Indonesia. Menurut Roy, dengan tren yang ada dalam dua sampai tiga tahun belakangan, kondisi ini sudah terprediksi. Apalagi pandemi covid-19 mempercepat penetrasi perdagangan secara digital.

"Kami melihatnya ini bukan lagi dikotomi atau persaingan pemain offline dan online. Tapi  suatu keniscayaan kolaborasi offline-online dalam model bisnis, distribusi channel atau supply chain. Ini akan lebih terkonsolidasi di masa masa ke depan," ungkap Roy saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/9).

Dia menambahkan, secara korporasi, masuknya perusahaan e-commerce ke pebisnis ritel bisa memperkuat kapitalisasi dan likuiditas perusahaan. Ujungnya, layanan terhadap konsumen bisa terus ditingkatkan. Alhasil, Roy berharap tren konsolidasi ini tidak hanya berdampak positif bagi ekosistem perdagangan, namun juga pada pergerakan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

"Ini membuktikan, bahwa pemain online nggak bisa berdiri sendiri tanpa adanya jaringan (dari ritel) offline. Begitu juga sebaliknya. Pengikatnya disebut omnichannel, model yang banyak dilakukan di masa pandemi, dan ke depannya," sebut Roy.

Baca Juga: Tersengat kabar akuisisi, saham Supra Boga Lestari (RANC) naik 10%

Dihubungi terpisah, Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur mengemukakan, secara bisnis, pertumbuhan e-commerce jauh lebih tinggi ketimbang ritel konvensional yang tertampar pandemi. Tren pertumbuhan ritel dalam tiga tahun terakhir pun mengalami penurunan hingga terkontraksi di minus 0,57% pada real sales index di tahun 2020.

Kondisi pandemi membuka peluang lebih lebar bagi kombinasi online-offline, yang mana e-commerce juga perlu memiliki kapabilitas secara offline. "Kalau tidak, e-commerce atau marketplace bisa menghadapi trap yang sama dihadapi oleh retail konvensional saat ini, yangmana di masa lalu berjaya tetapi ketahannya diuji ketika tren berbelanja kemudian berubah," ungkap Taufiq saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/9).




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×