kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DKFT batal akuisisi tambang bijih besi


Minggu, 12 April 2015 / 17:33 WIB


Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Upaya perusahaan tambang nikel PT Central Omega Resources Tbk (DKTF) mencari alternatif sumber penghasilan dari penjualan konsentrat bijih besi akhirnya  gagal. Menyusul batalnya akuisisi perusahaan pemegang konsesi tambang bijih besi PT Citra Sindo Utama.

"Iya, tahun lalu sudah kita batalkan akuisisinya,"ujar Sekretaris Perusahaan PT Central Omega Resources Johanes Supriadi kepada KONTAN, Jumat (10/4) lalu.

Alasan pembatalan akuisisi itu kata Johanes Supriad,karena bijih besi yang dihasilkan oleh Citra Sindo Utama ternyata hanya memiliki kandungan bijih besi 60%. Padahal untuk bisa diekspor bijih besi itu harus bisa memiliki kandungan di atas 60% dan 70%.

Upaya untuk menaikkan kandungan bijih besi Citra Sindo Utama juga ternyata tidak efisien dan akan membengkakkan biaya hingga dua kali lipat. "Karena itu kami batalkan akuisisinya," beber Supriadi.

Sekadar mengingatkan pada 6 Februari 2014 lalu, PT Central Omega Resources mengakuisisi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan PT Citra Sindo Utama.Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi bijih besi Citra Sindo terletak di Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Perusahaan tersebut memiliki konsesi seluas 625 hektare. Estimasi sumber daya Citra Sindo sebesar 43 juta ton.

Kala itu akuisisi dilakukan lewat skema kerjasama. Dalam skema kerjasama ini, Central Omega Resources memiliki 75% saham, sedangkan perusahaan pemegang IUP Citra Sindo Utama memiliki 25% saham. Untuk kesepakatan kerjasama ini, DKFT hanya membayar Rp 300 juta untuk pembuatan akta notaris.

Akibat  batalnya akuisisi itu, selama tahun 2014 Central Omega Resources sama sekali tidak membukukan penjualan dan mengalami rugi  bersih sebesar Rp 45,86 miliar. Padahal pada tahun 2013, perusahaan ini masih membukukan penjualan sebanyak Rp 859,27 miliar. Sementara itu laba bersih perusahaan pada tahun 2013 sebesar Rp 337, 16 miliar.

Terus membangun smelter

Selama tahun 2015 ini, perusahaan terus fokus menyelesaikan pembangunan smelter Nickel Pig Iron dengan kapasitas 300 ribu ton per tahun di Morowali Utara ,Sulawesi Tengah. Langkah ini dilakukan agar perusahaan segera bisa melakukan produksi dan penjualan produk nikelnya pasca berlakunya larangan ekspor mineral mentah pada awal 2014 silam.

Saat ini, kata dia, perusahaannya masih melakukan pabrikasi peralatan dan perlengkapan smelter NPI di China. Sementara itu, untuk pekerjaan sipil atau civil work di Morowali Utara akan dimulai di akhir semester I tahun 2015 ini. "Semuanya masih dalam proses baik di China maupun di Indonesia," ujar Johanes Supriadi.

Asal tahu saja pada Februari 2015 lalu Central Omega melalui anak  usahanya PT COR Industri Indonesia telah menunjuk perusahaan asal China, China National Machinery Import and Export Corporation (CMC) dan China Machinery Industry Construction Group Inc (SINOCONST) sebagai pelaksana engineering, procurement and construction  smelter NPI itu.

CMC dan SINOCONST akan melakukan pembangunan smelter NPI tahap I dengan kapasitas produksi sebesar 100 ribu ton per tahun. Kebutuhan dana untuk pembangunan tahap I ini sebesar US$ 150 juta. Sumber pendanaannya berasal dari penyertaan modal.

Total investasi dari proyek smelter dengan tiga tahap  ini adalah sebesar US$ 400 juta termasuk untuk pembangunan pabrik kokas. PT COR Industri Indonesia  sendiri adalah perusahaan patungan antara PT Central Omega Resources dengan kepemilikan saham 60% dan perusahaan China  PT Macrolink Nickel Development yang memiliki saham 40%.

Sejauh ini, kata Johanes Supriadi, perusahaannya telah menyuntikkan modal kepada COR Industri Indonesia sekitar Rp 84 miliar sampai Rp 85 miliar. Seiring dengan kemajuan pembangunan smelter itu, maka DKFT berencana untuk menyuntik modal tambahan sebesar US$ 300 juta sampai US$ 400 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×