kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.275   35,00   0,22%
  • IDX 7.199   10,61   0,15%
  • KOMPAS100 1.051   2,03   0,19%
  • LQ45 818   1,46   0,18%
  • ISSI 226   0,79   0,35%
  • IDX30 428   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 508   3,38   0,67%
  • IDX80 118   0,22   0,19%
  • IDXV30 121   1,20   1,00%
  • IDXQ30 140   0,04   0,03%

Okupansi Hotel di Jakarta Turun, Apindo Minta Pemerintah Beri Insentif


Selasa, 27 Mei 2025 / 22:54 WIB
Okupansi Hotel di Jakarta Turun, Apindo Minta Pemerintah Beri Insentif
ILUSTRASI. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani di Jakarta (2/4/2025).


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (BPD PHRI DK Jakarta) melaporkan terjadinya penurunan okupansi yang dialami 96,7% hotel sepanjang kuartal I 2025. Ini merupakan hasil survei terbaru pada April lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, mengatakan bahwa realita ini cukup mengkhawatirkan. Ia berharap pemerintah bisa segera menghadirkan stimulus atau insentif untuk mengurangi beban industri perhotelan.

"Harapan kami pemerintah DKI bisa memberikan stimulus ataupun insentif, terutama untuk perhotelannya, karena sekarang ini sedang mengalami situasi yang sangat berat," ujar Shinta di Gedung Balai Kota Jakarta, Selasa (27/5).

Baca Juga: Industri Perhotelan Jakarta Diterpa Ancaman PHK

Lebih lanjut, guna mendorong tingkat okupansi perhotelan kembali bangkit, Shinta menyoroti soal keseimbangan antara supply dan demand di industri perhotelan.

Bagaimana cara mendorong demand perhotelan meningkat, maka perlu stimulus yang bisa mendatangkan pelancong, misalnya dengan adanya diskon tarif pesawat.

Selain itu, sentimen yang bisa menggenjot okupansi perhotelan di Jakarta ialah segmen Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE). Menurutnya, segmen ini perlu makin ditingkatkan dengan diberi stimulus.

"Jadi gimana dari segi demand ini juga ada insentif untuk bisa memanfaatkan lebih banyak dari segi MICE ini, sehingga membantu juga kamar-kamar hotel dan fasilitas lainnya," lanjutnya.

Baca Juga: Pengamat: Efisiensi Belanja Pemerintah Berdampak Langsung bagi Bisnis Perhotelan

Sedangkan dari sisi supply. Shinta menilai cost atau biaya operasional untuk industri perhotelan saat ini cukup tinggi.Diharap adanya stimulus maupun keringanan, mulai dari pajak hingga biaya energi, termasuk listrik dan gas.

"Cost memang tinggi. Ada pajak-pajak yang nantinya harapan kami akan diberikan insentif, biaya ada pula biaya energy cost, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Nah ini juga perlu untuk bisa mendapatkan perhatian supaya bisa biayanya ini ada penurunan," jelasnya.

Menurutnya untuk mendongkrak industri perhotelan bersemi kembali, dari segi demand maupun dari segi supply, juga perlu mendapatkan perhatian.

Selanjutnya: Brantas Abipraya Bangun Tanggul Pengaman Pantai NCICD, Cegah Rob di Jakarta

Menarik Dibaca: Ingin Kaya di 2025? Ini 5 Realita yang Harus Anda Tanggung, Tapi Layak Diperjuangkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×