Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kondisi rupiah yang masih kurang darah tidak lantas membuat penyedia ruang perkantoran di Jakarta khawatir. Justru para pengembang yang mematok harga jual atau sewa kantor dengan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) bakal lebih berhati-hati untuk mengerek tarif.
Hendra Hartono, Chief Executive Officer Leads Properti, kepada KONTAN, Senin (22/12) menjelaskan, penyedia ruang perkantoran perlu berhati-hati ini dengan kondisi ini. Perusahaan broker properti ini berpendapat, bila mereka asal mengerek harga, penyewa atau pembeli gedung kantor beralih ruang kantor dengan tarif rupiah. "Ini kecenderungannya," katanya.
Ia memprediksi, kondisi rupiah tahun depan masih tak akan berbeda jauh dengan saat ini. Situasi ini membuat harga sewa dan jual ruang kantor tahun depan stabil, terutama untuk gedung perkantoran anyar. Biasanya, harga sewa ruang kantor rata-rata bisa naik 5% sampai 10% bila terjadi oversupply.
Hingga akhir Desember ini, harga sewa rata-rata, sudah termasuk service charge gedung perkantoran di bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan berkisar Rp 300.000 per meter persegi (m²) per bulan.
Sedangkan di kawasan Puri Indah, Jakarta Barat, harga sewa rata-rata dalam rupiah yaitu sekitar Rp 225.000 per m². "Dalam kondisi ini, bisa jadi gedung pinggiran Jakarta akan lebih menarik karena harga sewa lebih kompetitif dan tidak dalam mata uang dollar AS," ujarnya.
Selain itu, proyeksi harga sewa ruang kantor di pinggiran Jakarta cenderung lebih stabil karena harga sewa masih murah. Seperti harga sewa ruang kantor di daerah Serpong, Bintaro, dan Karawaci antara Rp 175.000 per m² sampai Rp 200.000 per m² per bulan plus service charge.
Sekretaris perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD)), Theresia Rustandi bilang pihaknya untuk saat ini masih belum mengerek tarif sewa atau harga jual gedung kantor. "Kami masih mengkaji lebih detil besaran pengaruh kenaikan dollar AS terhadap keseluruhan biaya. Jika ada kenaikan signifikan, kami perlu menyesuaikan harga jual dan harga sewanya.
Namun demikian saat ini masih belum final dan dalam proses perhitungan," katanya.
Intiland mematok harga jual di gedung perkantoran South Quarter Rp 36 juta per m². Sedangkan tarif sewanya US$ 25 per m² belum termasuk service charge. Theresia mengklaim pihaknya saat ini sudah menjual 90% menara A di proyek South Quarter yang berlokasi di TB Simatupang. Sedangkan menara B masih proses pembangunan.
ASRI pakai rupiah
Pengembang PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) sejauh ini belum mengerek tarif harga jual maupun sewa kantor dalam waktu dekat. Menurut Hendra Kurniawan, Sekretaris Perusahaan Alam Sutera, pihaknya menjual atau menyewa ruang kantor dalam mata uang rupiah, sehingga efek penguatan dollar tidak terlalu berdampak. "Terhadap harga tidak berdampak, tetapi terhadap biaya ada dampaknya. Tapi biaya itu sudah kami konversikan ke dalam rupiah sehingga pengaruh secara langsung terhadap harga tidak ada," kata Hendra.
Ia menjelaskan komponen bahan baku impor dalam membangun gedung perkantoran milik Alam Sutera tidak besar. Harga jual ruang kantor di Alam Sutera berkisar antara Rp 21 juta per m² sampai Rp 22 juta per m². Sedangkan sewa Rp 180.000 per m² dan belum termasuk service charge Rp 40.000 per m² sebulan.
Saat ini, Alam Sutera tengah menggarap proyek perkantoran The Prominence. Proyek bernilai Rp 415 miliar ini akan beroperasi tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News