Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Masih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, per hari ini Rp 11.300, ternyata justru dimanfaatkan investor dan pembeli properti kelas atas. Mereka membeli hunian dengan harga di atas Rp 5 miliar per unit demi menikmati selisih Rp 1 miliar.
Demikian diungkapkan General Manager Marketing Vimala Hills, PT Agung Podomoro Land Tbk Zaldy Wihardja kepada Kompas.com, di Jakarta, kemarin (11/9), terkait fenomena aksi beli properti yang kembali aktif pasca-penurunan karena momen Ramadhan dan Idul Fitri, Juli-Agustus.
Menurut Zaldy, para pembeli hunian mewah tersebut notabene merupakan orang kaya dan kalangan yang berpenghasilan atau memiliki tabungan dalam mata uang dollar AS. Mereka tertarik menginvestasikan uangnya dan mengharap keuntungan besar.
"Selama satu bulan setelah Lebaran, saat nilai tukar 1 dollar AS sama dengan Rp 11.650, ada lima pembeli yang melakukan transaksi secara langsung. Dua di antaranya dengan cara tunai. Mereka membeli unit seharga Rp 5,5 miliar untuk tipe empat kamar tidur," ungkap Zaldy.
Ditambahkan Zaldy, meski depresiasi nilai rupiah merugikan di satu sisi karena menyebabkan harga-harga naik, terutama barang dengan komponen impor dominan, di sisi lain, untuk bisnis tertentu, itu justru menguntungkan.
Zaldy menggambarkan, saat dollar AS masih di angka Rp 10.000, harga hunian tipe 4 kamar tidur Vimala Hills yang diincar kalangan berduit tersebut dipatok US$ 500.000. Harga menjadi Rp 5 miliar ketika dikonversi ke dalam rupiah. Ketika dollar AS mencapai Rp 12.000, harga pun melorot menjadi US$415.000.
"Ada selisih US$ 85.000 atau Rp 1 miliar. Ini yang diincar investor kalangan atas. Jadi, krisis sekarang tidak seburuk 2008 silam, di mana penjualan sama sekali terhenti," tandasnya.
Saat ini Agung Podormoro Land (APL) tengah mengembangkan Vimala Hills yang merupakan hunian berkonsep vila dan resor di kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat. Hingga Agustus 2013, telah terjual sebanyak 380 unit dari 8 klaster. Sebanyak 30% pembelian dilakukan secara tunai keras. Sementara 60% transaksi dilakukan secara tunai bertahap. Sisanya, 10% memanfaatkan fasilitas KPR.
Komposisi pembeli bermotif investasi sebanyak 30%, sedangkan sebagian besar atau 70% merupakan pengguna akhir (end user). Para investor tersebut merupakan repeat buyer (pembeli berulang) dari produk-produk properti mewah APLN lainnya.
Adapun harga jual aktual Vimala Hills bervariasi, mulai Rp 2,5 miliar hingga Rp 7 miliar. (Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News