Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
Proyek yang dilakukan di bawah supervisi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) PUPR ini menyerap sekitar 18,75 juta lembar kantong plastik. Adapun pasokan kantong kresek yang digunakan dalam pembuatan aspal diperoleh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setempat dengan melibatkan anggota Asosaisi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), serta dinas lingkungan hidup setempat.
Selain mendorong implementasi pemanfaatan sampah plastik dalam pembuatan aspal, TPIA juga terus mengawal proses daur ulang sampah di Industri Pengelolaan Sampah (IPS) “Sehati Maju Bersama” yang telah didirikan TPIA bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPlas) dan Pengelola Bank Sampah Kelurahan Kotabumi di Lingkungan Serdag Baru, Cilegon. IPS yang mampu mengelola sampah swadaya 1.000 Kepala Keluarga di Lingkungan Serdag Baru ini kini menghasilkan produk olahan bernilai tambah seperti misalnya pupuk organik, bahan daur ulang plastik, dan minyak pirolisis.
Baca Juga: Volume penjualan Saranacentral Bajatama (BAJA) naik 38% di kuartal I
Bagi TPIA, konsep ekonomi sirkular dapat menjadi solusi bagi permasalahan sampah yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu, TPIA juga meyakini bahwa implementasi konsep ekonomi sirkular juga dapat memberikan manfaat lebih, sebab melalui konsep ini, sampah yang semula hanya dibuang dapat dimanfaatkan kembali setelah dikelola menjadi produk bernilai tambah.
Sejumlah upaya pengembangan ekonomi sirkular yang dilakukan oleh TPIA sejatinya bermuara pada target jangka pendek, menengah, dan panjang TPIA. Sedikit informasi, untuk jangka pendek, TPIA menargetan bisa melakukan pengembangan berbagai macam produk pemanfaatan sampah plastik menjadi produk-produk bernilai guna tinggi bagi masyarakat.
Berikutnnya, untuk jangka menengah, TPIA menargetkan bisa memiliki pilot project konsep pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular yang komprehensif di satu wilayah yang diharapkan bisa menjadi percontohan atau role model bagi wilayah lain.
Sementara itu, untuk jangka panjang, TPIA menargetkan bisa memperluas skala implementasi konsep pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular di berbagai wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Emiten ini untung saat harga minyak melemah
Sayangnya, tujuan yang demikian bukanlah tanpa hambatan. Pasalnya, sampah yang terkumpul di TPA umumnya belum terpilah dengan berdasarkan jenis materialnya. Alhasil, jenis-jenis sampah seperti misalnya sampah plastik, sisa makanan, logam dan kaca kerap tercampur satu sama lain. Hal ini membuat proses daur ulang menjadi lebih sulit.
Menurut Edi, proses daur ulang akan cenderung lebih mudah untuk dilakukan apabila sampah rumah yang dibuang sudah dipilah berdasarkan jenis materialnya sebelum dibuang. Oleh karenanya, sembari terus mengawal proyek-proyek ekonomi sirkular yang sudah dicanangkan, TPIA juga terus menggencarkan edukasi kepada berbagai macam lapisan masyarakat.
“Bentuknya berupa edukasi pemilihan sampah plastik di sekolah, komunitas masyarakat dam stakeholder lainnya,” kata Edi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News