Reporter: Dimas Andi | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek pandemi Covid-19 seakan-akan menempatkan pelaku industri dalam kondisi; maju kena, mundur pun kena. Makanya, perusahaan seperti PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berencana lebih selektif mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2020. Mereka ingin, agenda ekspansi yang bersifat produktif tetap berjalan tapi pada saat yang sama berupata menjaga arus kas.
Semula, Dharma Satya menyediakan capex sebanyak Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun. Perusahaan tersebut akan menggunakannya untuk membangun pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan dan fasilitas bio compressed natural gas (CNG) atau gas alam terkompresi. Ada pula kebutuhan untuk penanaman tanaman baru, pembangunan infrastruktur dan modernisasi fasilitas pabrik kayu.
Namun sebelum menetapkan pemangkasan alokasi capex, Dharma Satya mempertimbangkan perkembangan dampak virus korona hingga paruh kedua tahun ini. "Kami akan meninjau kembali capex-capex yang sifatnya kurang strategis untuk ditunda di tahun 2020 apabila kondisi kurang kondusif ini berlanjut di semester dua," kata Jenti, Direktur PT Dharma Satya Nusantara Tbk kepada KONTAN, Senin (18/5).
Adapun dua ekspansi yang terus berlanjut tahun ini yaitu pembangunan PKS dan fasilitas bio CNG. Hanya saja, bakal ada keterlambatan dalam tahap pengerjaan kedua proyek tersebut. Dalam kondisi mobilitas terbatas seperti saat ini, Dharma Satya rada kesulitan mengirimkan mesin-mesin produksi maupun tenaga ahli ke wilayah kerja.
Target produksi
Sementara itu, kegiatan produksi Dharma Satya tahun ini akan terus bergulir selama tak ada kebijakan lockdown di sekitar area perkebunan dan musim bersahabat. Kalau kedua hal tersebut terpenuhi, target produksi sebanyak 700.000 ton minyak sawit atawa crude palm oil (CPO), bakal tercapai.
Target produksi CPO sebanyak itu sejalan dengan permintaan pelanggan yang hingga kini masih normal alias tak ada penyusutan. "Makanya kami belum ada rencana diversifikasi pangsa pasar tahun ini," terang Jenti.
Informasi saja, selama kuartal I 2020 Dharma Satya memproduksi 153.000 ton CPO atau naik sekitar 18% year on year (yoy). Sementara sampai akhir tahun lalu, perusahan tersebut memiliki 10 PKS dengan total kapasitas produksi 570 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
Dari Januari-Maret tahun ini, penjualan Dharma Satya tumbuh 16,06% yoy menjadi Rp 1,59 triliun. Tiga pelanggan besarnya meliputi PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, PT Wilmar Nabati Indonesia dan PT Kutai Refinery Nusantara.
Rasio bayar dividen
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Dharma Satya pada Senin (18/5) kemarin, menyetujui pembagian dividen tunai sekitar Rp 52,29 miliar atau Rp 5 per lembar saham. Alokasi dividen itu 29,05% dari total laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk 2019 yakni Rp 179,94 miliar.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin (19/5), manajemen Dharma Satya menjelaskan jika pembayaran dividen tunai diberikan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham tanggal 3 Juni 2020 pukul 16:00 WIB. Jadwal tersebut adalah recording date.
Asal tahu, rasio pembayaran dividen Dharma Satya untuk tahun buku 2019 lebih besar ketimbang 2018. Meskipun, nilai dividen tahun lalu lebih kecil. Dalam catatan KONTAN, perusahaan itu mencuil Rp 104,6 miliar atau Rp 10 per saham dari laba bersih 2018 untuk diberikan kepada pemegang saham. Rasio pembayaran dividennya 24,88% terhadap total laba bersih Rp 420,50 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News