Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan aspal dalam negeri masih sangat besar sejalan dengan pengembangan proyek-proyek infrastruktur. Namun, suplai aspal lokal masih sangat rendah sehingga Indonesia masih banyak tergantung pada impor.
Besarnya pasar aspal nasional membuat beberapa perusahaan mencoba tergiur. Sebut saja, PT Wika Bitumen misalnya akan bertransformasi jadi perusahaan pengolah aspal dari semula hanya menjalankan bisnis penjualan bahan baku aspal.
Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini tengah melakukan pembangunan pabrik aspal di Buton dengan kapasitas 2.000 ton. Pabrik yang menelan investasi Rp 30 miliar itu ditargetkan beroperasi pada Juli atau Agustus 2018 mendatang.
Wika Bitumen juga akan mendirikan dua pabrik lagi bekerjsama dengan mitra strategis. Pertama, dengan investor asal China mendirikan pabrik pengolahan aspal di Buton. Tahap awal, mengembangkan pabrik dengan kapasitas 60.000 ton. "Targetnya beroperasi tahun depan," kata Yudi Widodo, Direktur Keuangan Wika Bitumen ke KONTAN, Senin (25/6).
Kedua, menggandeng Pertamina mendirikan pabrik pengolahan aspal. Hanya saja, keduanya belum menetapkan kapasitas pabrik dan investasi. Lokassi pembangunan pabrik belum ditetapkan apakah di Buton atau di Jawa.
Yudi mengatakan, rata-rata kebutuhan aspal hotmix nasional mencapai 1,5 juta ton per tahun. Sementara produsen utama lokal yaitu Pertamina hanya mampu menyupplai sekitar 400.000 ton pertahun. Sementara sisanya impor.
Empat tahun ke depan, Wika Bitumen menargetkan bisa melayani sekitar 30%-40% dari pasar yang ada dengan rata-rata pertumbuhan produksi 10% setiap tahun. Saat ini, perusahaan memiliki lahan di Buton di dua lokasi dengan luas masing-masing 300 hektare (ha) dan 100 ha yang menghasilkan bahan baku aspal.
Perusahaan ini menargetkan penjualan 200.000 ton tahun 2018 dengan target penjualan Rp 80 miliar–Rp 90 miliar. Sedangkan hingga Mei, penjualan sekitar 50.000 ton.
PT Hakaaston tak mau kalah. Anak usaha PT Hutama Karya yang menjalankan bisnis produksi beton precast dan aspal ini menganggarkan belanja modal (capex) Rp 300 miliar tahun ini untuk menambah kapasitas produksi precast maupun aspal.
Putut Ariwibowo, Direktur Hutama Karya, menjelaskan, sekitar 40% capex untuk ekspnasi di bisnis aspal dan 60% di bisnis precast. Saat ini, kapasitas produksi aspal mencapai 60.000 ton per bulan. jadi 120.000 ton per bulan. "Kami punya pabrikspun pile, turap beton satu lokasi, unit produksi girder dua lokasi dan asphalt mixing plant di 9 lokasi," jelas Putut. Sepanjang Januari-Mei 2018, Hakaaston mencatatkan kontrak baru sebesar Rp 1,51 triliun. . Sekitar 55% dari kontrak baru itu berasal dari bisnis aspal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News