kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dwi Soetjipto: Penugasan alih kelola blok terminasi jangan dijadikan beban


Selasa, 15 Oktober 2019 / 18:08 WIB
Dwi Soetjipto: Penugasan alih kelola blok terminasi jangan dijadikan beban
ILUSTRASI. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai penugasan pengelolaan blok migas bagi Pertamina bukanlah sebuah beban.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menilai, dibandingkan hilir, lini hulu migas Pertamina berkontribusi lebih besar. "Pada masa saya (di Pertamina) porsi laba yang bersumber dari hulu mencapai 70% - 80%," ungkap Dwi di Kementerian ESDM, Senin (14/10).

Baca Juga: Kontraktor Migas Mulai Ajukan Perpanjangan Kontrak premium

Sementara itu, Dwi menjelaskan porsi pendapatan yang diperoleh lewat bisnis hilir sejatinya tergolong besar yakni mencapai 70%. Namun, kontribusi sektor hilir terhadap laba Pertamina hanya berkisar 10% hingga 20%.

Untuk itu, Dwi beranggapan penugasan alih kelola blok terminasi kepada Pertamina jangan dilihat sebagai sebuah beban. Upaya pemerintah dalam memberi penugasan kepada Pertamina menurutnya merupakan langkah dalam memperkuat Pertamina.

Kendati pengelolaan hulu membutuhkan biaya yang tinggi, Dwi mengungkapkan, pengeluaran tersebut sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. "Investasi yang lebih tinggi tidak menjadi masalah, justru memberi penghasilan yang lebih tinggi, lebih besar," jelas Dwi.

Ia mengharapkan, Pertamina melalui strategi perusahaan mampu dalam melakukan pengelolaan tersebut. Lebih jauh Dwi bilang, perlu investasi yang agresif dari Pertamina demi meningkatkan produksi pada sejumlah Blok terminasi yang kini dikelola Pertamina.

Baca Juga: Terkendala administrasi, Blok West Ganal batal ditandatangani

Disisi lain, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengungkapkan, upaya hilirisasi sektor energi kurang bergairah. "Tantangannya bukan cuma pada regulasi tapi kultur dalam kegiatan migas," terang Jonan di Jakarta, Senin (14/10).

Menurutnya, perlu ada penyesuaian kegiatan industri migas yang mengikuti perkembangan zaman. Ia mengharapkan sektor migas dalam negeri untuk lebih kompetitif.

Jonan menambahkan, salah satu bentuk penyesuaian yakni melalui pengembangan petrokimia. Ia menilai, masa depan sektor migas ada pada pengembangan petrokimia.




TERBARU

[X]
×