Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan efisiensi pengeboran sumur di Lapangan Bangko dan berhasil menghemat biaya operasional sebesar Rp 54 miliar.
Tim Pengembangan Aset Utara berhasil menemukan cara baru untuk menekan biaya pemboran di lapangan minyak Bangko, Wilayah Kerja Rokan yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Melalui digitalisasi peta area sumur dan penerapan desain casing 2 string pada delapan pemboran, PHR mampu menghemat biaya operasional hingga Rp 54 miliar rupiah.
EVP Upstream Business PHR, Andre Wijanarko mengatakan, dengan target pemboran 57 sumur hingga akhir tahun, estimasi penghematan mencapai Rp 414 miliar. Lapisan bawah tanah di Lapangan Bangko memiliki tantangan tersendiri, terutama dengan adanya kantong gas di Lapisan Petani.
Tim PHR melakukan pemetaan sumur secara digital untuk menentukan lokasi pengeboran di luar area berbahaya tersebut. Desain casing juga dimodifikasi dari tiga string menjadi dua, dengan tetap mengutamakan keselamatan. Desain baru, yang dikenal dengan nama Intermedietless casing, tidak hanya menghemat biaya, tapi juga mempercepat proses pemboran.
Tim Asset Development (AD) North, digitalisasi data sumur di Lapangan Bangko dilakukan secara menyeluruh, termasuk pemetaan kantong gas. Pendekatan ini mempercepat proses pemilahan sumur kandidat, yang dulunya memakan waktu beberapa hari kini bisa selesai dalam hitungan menit.
“Dengan ruang untuk ide-ide kreatif, PHR berharap menemukan solusi inovatif yang mampu meningkatkan kinerja produksi,” ujar Andre dalam keterangan resmi, Kamis (17/10).
Lapangan Bangko, salah satu lapangan minyak di WK Rokan, telah berkontribusi besar bagi produksi minyak nasional sejak lebih dari 50 tahun lalu. Pada tahun 1972, produksi mencapai puncaknya dengan 141 ribu barel per hari.Namun, produksi menurun seiring berkurangnya tekanan reservoir.
Pasca alih kelola pada Agustus 2021, PHR mulai mengeksplorasi potensi dari Lapisan Telisa di Lapangan Bangko, yang memiliki cadangan minyak signifikan namun baru memiliki tingkat recovery 2%.
“PHR akan terus berinovasi untuk mengoptimalkan produksi dari lapisan ini,” tambah Andre
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News