Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BOGOR. PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) menyatakan tahun ini masih belum berani memasang target tinggi dan masih akan bergerak sangat konservatif. Dalam paparan publik yang berlangsung di Bogor, Direktur LRNA Dwi Rianta Soerbakti menyatakan jika tahun 2021 masih menjadi tahun yang menyulitkan bagi pihaknya.
"Sepanjang sejarah kami, tahun 2021 merupakan yang terberat dialami, kami belum pernah berada di titik seperti ini sebelumnya. Maka dari itu, rencana kami terkait target sangatlah konservatif atau setidaknya mengikuti tahun 2019. Pada Mei 2020 hingga Desember, pun kami tak berhasil mencapai target. Kami berhasil mencapai sekitar 60% sampai 70% dari target. Sehingga tahun ini, kami benar-benar fokus efisiensi dan memperkecil kerugian," paparnya, Jumat (27/8).
Ia menambahkan, pada semester I 2021 ini kerugian diproyeksi bisa berkurang sekitar Rp7 miliar. Dwi Rianta yakin bila fokus pada efisiensi dan strategi, maka kerugian akan bisa mengecil. Sebagai informasi, LRNA sendiri belum melaporkan kinerja keuangan kuartal II 2021.
Lebih lanjut, tahun ini LRNA tidak menyiapkan capex. Jikalau ada, ujarnya, maka nilainya masih sangat kecil, yaitu sekitar Rp6 miliar sampai Rp6 miliar. Ia mengatakan nilai tersebut dialokasikan hanya untuk pembuatan slipper bus dan double decker. Keduanya pun diakui sedang ditunda saat ini sambil melihat sejauh mana pandemi bisa dikendalikan.
Baca Juga: Strategi bertahan, Eka Sari Lorena (LRNA) fokus efisiensi
"Jadi capex memang sangatlah minim dan jika pun ada penambahan unit, hanya dilakukan di bawah 10 unit. Adapun proyek slipper buss dan double decker masih kami pending sambil melihat pandemi ini arahnya kemana dan sampai kapan bisa dikendalikan," ujarnya.
Sebagai informasi pada kuartal I-2021 atau Maret 2021 setelah Lorena mencatatkan pendapatan sebesar Rp 17,08 miliar, dari periode Maret 2020 sebesar Rp 20,97 miliar. LRNA membukukan rugi bersih Rp 7,12 miliar di kuartal I-2021, mampu dipangkas dari rugi bersih di periode yang sama tahun lalu Rp 11,46 miliar.
Aset tercatat sebesar Rp 262,69 miliar dari Desember 2020 sebesar Rp 270,51 miliar. Kewajiban perusahaan sebesar Rp 51,66 miliar dan ekuitas Rp 211,04 miliar, sehingga rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity rasio/DER) masih rendah 0,24 kali.
Tahun lalu, sektor transportasi yang terdampak pandemi membuat pendapatan LRNA berkurang dari Rp 124,579 miliar di 2019 menjadi Rp 65,046 miliar di 2020. Kondisi itu membuat LRNA alami rugi bersih Rp 43,03 miliar di 2020, dari tahun 2019 rugi bersih Rp 6,86 miilar.
Pendapatan segmen AKAP (antarkota antarprovinsi) sebesar Rp 55,746 miliar di 2020, dari 2019 sebesar Rp 110,542 miliar. Pendapatan ini menyumbang 85,70% dari total pendapatan.
Tahun lalu, seluruh jenis layanan yaitu segmen AKAP, segmen AKAP Jarak Pendek trayek Jakarta-Bogor-Tangerang-Jakarta, serta segmen bus angkutan bandara terpengaruh drastis disebabkan turunnya demand masyarakat dan ketatnya aturan PSBB akibat Covid-19 dari Pemerintah.
Di sisi lain, ada tambahan pendapatan dari segmen AKAP Jarak Pendek trayek Jakarta-Bogor-Tangerang-Jakarta sebesar Rp 2,885 miliar. Meski porsinya baru 4,43% dari total pendapatan, Perseroan meyakini pada waktunya akan meningkat signifikan.
"Untuk pendapatan dari segmen shuttle bus yang melayani angkutan umum internal di kawasan BSD City tercatat Rp 4,808 miliar menyumbang 7,39% dari total pendapatan. Adapun pendapatan dari segmen bus angkutan bandara yang melayani rute Bandara Halim Perdana Kusuma dan Bandara Soekarno Hatta tercatat Rp 1,606 miliar menyumbang 2,46% dari pendapatan konsolidasi," tutupnya.
Selanjutnya: Terimbas pandemi, Eka Sari Lorena (LRNA) alami penurunan kinerja lini logistik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News