Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi perekonomian yang lesu ditambah merebaknya wabah virus corona membuat pertumbuhan listrik mengalami penurunan sehingga perlu ada stimulus dari pemerintah.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai sebelum adanya wabah corona, proyeksi pertumbuhan listrik berkisar pada 4,5% sampai 4,8%.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Ekonomi lesu picu lambannya pertumbuhan listrik
"Dengan adanya wabah corona, pertumbuhan bisa turun menjadi 4,2% sampai 4,5%," ujar Fabby kepada Kontan.co.id, Jumat (6/3).
Fabby melanjutkan, justru dengan kondisi yang ada sekarang maka sektor industri lah yang akan paling merasakan dampaknya. Untuk itu, ia menilai perlu ada stimulus yang diberikan khususnya bagi sektor industri yang melakukan kegiatan ekspor.
Fabby mengungkapkan, salah satu stimulus yang dapat diberikan yakni berupa diskon tarif listrik yang saat ini tengah dikaji oleh pemerintah.
Selain dampak pada pertumbuhan listrik, Fabby menjelaskan, potensi keterlambatan proyek sangat mungkin dialami sejumlah pembangkit yang menggunakan tenaga kerja asing dan memasok bahan bakunya dari China.
"Kalau ada keterlambatan pengiriman barang atau material untuk pembangkit listrik yang sedang dibangun, bisa saja proyek tidak memenuhi rencana waktunya. Untuk kondisi sekarang bisa mundur 3 bulan hingga 6 bulan dari jadwal," jelas Fabby.
Disisi lain ia menilai, kondisi ini justru positif bagi PLN karena terjadi perlambatan laju permintaan listrik.
Baca Juga: Menteri ESDM minta PLN proaktif serap pasar dari kalangan badan usaha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News