Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Tren melemahnya nilai rupiah belakang ini rupanya tidak memengaruhi gairah penjualan telepon selular (ponsel) pintar di Indonesia. Terbukti perusahaan ponsel pintar luar negeri tetap semangat membidik konsumen Indonesia.
Menurut pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy, tingginya penjualan tersebut dipengaruhi oleh tetap tingginya daya beli kelas ekonomi menengah. "Kelas menengah ke atas di Indonesia bisa bertahan di tengah gejolak rupiah," kata Ichsanuddin saat dihubungi KONTAN, Kamis (3/9).
Kelas menengah dengan kebutuhan informasi yang tinggi akan terus mengincar ponsel pintar yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka. Karakter kelas menengah tersebut lantas menjadi sasaran empuk perusahaan ponsel.
Selain daya beli kelas menengah, masyarakat kelas ekonomi bawah tutur berperan dalam tingginya penjualan ponsel pintar. "Masyarakat bawah terpancing memiliki ponsel pintar tapi murah," papar Ichsanuddin.
"Indonesia tetap menjadi negara paling menarik untuk dijadikan panggung bagi ajang pertarungan Information and Communication Technology (ICT) antara perusahaan ponsel asal China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Norwegia," jelasnya.
Maka dari itu, seolah menutup telinga dari prediksi melemahnya nilai rupiah hingga akhir tahun, berbagai perusahaan ponsel berlomba meluncurkan produk anyar di Indonesia.
Misalnya saja, Lenovo yang meluncurkan Lenovo Vibe Shot pada pertengahan Agustus lalu, HTC yang mengeluarkan enam produk baru hari ini, dan iPhone yang akan mengeluarkan iPhone 6S pada 9 September.
Dalam perang ICT tersebut, Ichsanuddin memprediksi China akan keluar sebagai pemenang. "China dalam perdagangan internasional saja menguasai 30% pasar gadget kelas atas dan kelas menengah ke bawah," ujar dia.
"Ponsel asal China dan Amerika Serikat akan dipukul habis oleh ponsel China yang berharga murah. Perang ICT akan dimenangkan China," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News