kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekosistem properti kembali pulih, pengamat nilai kenaikan harga rumah 5% normal


Senin, 26 April 2021 / 18:47 WIB
Ekosistem properti kembali pulih, pengamat nilai kenaikan harga rumah 5% normal
ILUSTRASI. harga rumah mulai merangkak naik


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil riset Housing Finance Center (HFC) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menunjukkan, adanya kenaikan harga rumah secara nasional mencapai 5,24% secara tahunan (yoy) per Maret 2021. Hal itu sejalan dengan pertumbuhan permintaan hunian di masa pandemi.

Wakil Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Properti Dhony Rahajoe mengatakan, kenaikan harga yang terpotret dalam survei tersebut masih tergolong normal. hal tersebut seiring dengan ekosistem perumahan (properti) yang kian membaik.

Ekosistem yang dimaksud Dhony meliputi beberapa hal. Pertama, adanya aturan untuk mendorong kemudahan berusaha dan investasi di hampir semua sektor industri yang berjalan beriringan dengan berbagai insentif Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pemerintah pun mengucurkan sejumlah insentif, seperti DP 0% dan PPN yang ditanggung pemerintah. 

"Kenaikan (yang terpotret dalam survei BTN) tergolong wajar, mengingat ada momentum gotong-royong multi stakeholders yang membuat ekosistem perumahan semakin baik," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/4).

Kedua, adanya segmen potensial yang tetap tumbuh pada saat masa pandemi. Terutama yang didorong oleh sektor telekomunikasi, perbankan, perkebunan, farmasi, dan segmen ekonomi digital yang disokong oleh generasi milenial.

"Potensi 88 juta populasi milenial yang sebagian masih mencari rumah tinggal. Potensi ekonomi industri berbasis digital dikuasi milenial juga besar," sambung Dhony.

Baca Juga: Bank Commonwealth proyeksi bisnis KPR meningkat 15% pada tahun 2021

Ketiga, adanya peningkatan tabungan masyarakat untuk rentang di atas Rp 5 miliar yang pertumbuhannya mencapai Rp 373 triliun. Pertumbuhan sektor properti pun disokong dengan adanya penawaran cuci gudang dari para pengembang untuk menjaga cashflow saat kontraksi ekonomi akibat pandemi.

Dhony menegaskan, momentum perbaikan ekosistem properti perlu dijaga agar target pemulihan ekonomi nasional bisa tercapai. Mengingat sektor properti menjadi lokomotif bagi 175 industri lainnya.

Dihubungi terpisah, Director Advisory Group Coldwell Banker Commercial Indonesia Dani Indra Bhatara juga melihat, secara umum penjualan rumah sedang bertumbuh. Hal tersebut membuat pengembang percaya diri untuk menaikkan harga jualnya, terutama saat permintaan yang cukup tinggi terhadap produk yang ditawarkan.

Sebenarnya, penjualan rumah tapak sempat terganggu di awal pandemi Covid-19, khususnya pada bulan Maret-Mei 2020. Namun secara umum setelah Lebaran 2020, hampir di semua lokasi dan segmen pasar perumahan sudah mulai mengalami kenaikan.

Hampir semua segmen hunian mengalami peningkatan penjualan di semester II-2020 dan berlanjut pada kuartal I-2021. 

"Sejak pertengahan 2020 sudah terjadi proses pemulihan di perumahan, jadi kenaikan tersebut masih wajar. Tidak terlalu tinggi tapi juga tidak rendah, untuk kondisi ekonomi yang relatif belum pulih," sebut Dani.

Pasar dari kelas menengah ke bawah juga menunjukkan serapan yang stabil, dengan rentang harga di bawah Rp 500 juta. Sedangkan untuk kelas menengah ke atas juga memiliki serapan yang baik, khususnya di penjualan produk baru oleh developer ternama dengan lokasi yang relatif diminati. Area Serpong hingga ke Cikupa, juga area Sentul dan Depok dengan kisaran harga Rp 800 juta hingga Rp 2 miliar.

Alhasil, hunian tapak sampai saat ini masih memiliki konsumen end user yang cukup banyak, sehingga kebutuhan rumah relatif tetap tinggi. 

"Sehingga baik end user maupun investor masih tetap mencari peluang di sektor perumahan tapak yang menyebabkan permintaan cenderung stabil. Sementara dengan ketidakpastian ekonomi global, investasi di sektor lain lebih memiliki risiko terlebih karena Covid-19 yang belum terkendali," terang Dani.

Kebijakan pemerintah terkait suku bunga, fleksibilitas dalam DP KPR, hingga subsidi PPN untuk rumah siap huni (ready stock) juga turut membantu percepatan pemulihan dan kenaikan sektor properti. Subsidi PPN juga menjadi rangsangan untuk konsumen melakukan pencarian produk properti yang sesuai dengan kebutuhannya.

Meski begitu, tidak semua pengembang besar memiliki rumah ready stock karena sistem penjualan selama ini banyak menggunakan skema indent. Insentif ini dimanfaatkan oleh pengembangan yang memiliki rumah ready stock atau pengembangan kelas middle to low yang dapat mengembangkan rumahnya dalam waktu relatif cepat atau kurang dari 6 bulan.

Mengenai kenaikan harga, Dani menilai bahwa pada umumnya akan dilakukan secara bertahap, misalnya per tiga bulan atau per enam bulan. Maupun jika rumah terjual sesuai target. Yang pasti, Dani menegaskan insentif PPN tetap lebih tinggi dibandingkan kenaikan yang terjadi saat ini.

Baca Juga: Puradelta Lestari (DMAS) dijagokan di sektor lahan industri

"Sehingga adanya insentif ini dirasakan menguntungkan konsumen dan menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan transaksi di perumahan. Peningkatan harga rumah secara rata-rata di kisaran 5% per tahun relatif normal untuk kondisi saat ini," pungkas Dani.

Lebih lanjut, Senior Associate Director-Capital Market Colliers Internasional Aldi Garibaldi melihat, pola kenaikan harga rumah tapak tak hanya terjadi di Indonesia. Melainkan di negara lain, seperti di Amerika Serikat dan Australia. 

Namun dia menekankan kenaikan tersebut tidak terjadi pada semua produk properti. Pasar untuk rumah landed housing di dalam kawasan perencanaan memang mengalami peningkatan. Sebaliknya untuk produk urban seperti apartemen, perkantoran, mall dan hotel masih tergolong lesu.

"Banyak orang yang memilih untuk pindah ke pinggir kota karena mereka menjanjikan kualitas hidup lebih baik daripada hunian padat di perkotaan. Daerah Tangerang, Bogor menjadi incaran," sebut Aldi.

Selanjutnya: Dafam Property (DFAM) optimis okupansi hotel tahun ini dapat mencapai 70%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×