Ekspansi, pebisnis properti pilih joint venture

Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Makin banyak pengembang yang menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk memperbesar bisnis properti. Langkah ini terbilang lebih efektif ketimbang harus mengerjakan sendiri.

Terbaru, PT PP Properti Tbk (PPRO) menjalin kerjasama operasi dengan PT Wisma Seratus Sejahtera. Anak usaha PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) ini mengakuisisi 55% saham perusahaan tersebut dengan nilai Rp 49 miliar.

Menurut Indaryanto, Direkur Keuangan PP Properti, keuntungan dari kerjasama ini adalah pihaknya bisa mendapat lokasi strategis dengan harga masih miring. Artinya, pengembang ini tidak harus mengeluarkan seluruh dana untuk investasi beli lahan. "Uang yang kami keluarkan juga lebih sedikit," katanya ke KONTAN, Selasa (6/9).

Lewat akuisisi ini, PP Properti sudah bisa mendapatkan lahan yang strategis yang berada di areal Margonda, Depok. Saat ini, kedua perusahaan ini tengah membangun proyek apartemen dua menara bagi pasar mahasiswa di atas lahan 4.500 meter persegi (m²) milik PT Wisma Seratus Sejahtera.

Selain itu, PPRO juga tengah menjalin kerjasama operasi dengan Jababeka untuk membangun dua proyek apartemen di kawasan industri tersebut di awal tahun ini. Namun, Indaryanto masih belum bisa  merinci soal potensi keuntungan dari proyek tersebut.

Menurut Indaryanto, proyek properti yang cocok digarap dengan skema joint venture dengan pihak ketiga adalah untuk pengembangan proyek bersifat jangka pendek.

Sedangkan Grup Ciputra lewat PT Ciputra Development Tbk (CTRA) memang kerap menerapkan kerjasama bisnis atau perusahaan patungan dengan pihak ketiga untuk memperbesar ekspansi bisnis properti. "Kontribusi joint venture menyumbang 50% dari total sales, jadi cukup besar untuk Ciputra," kata Tulus Santoso Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk kepada KONTAN, (6/9).

Hingga kini skema bisnis kerjasama ini memudahkan Ciputra untuk ekspansi bisnis. Sama seperi  PPRO, Ciputra menilai banyak keuntungan yang bisa diraih dengan menerapkan skema bisnis ini.

Makanya, pihaknya membuka pintu lebar-lebar bagi pihak lain yang ingin menjalin kerjasama dengan Ciputra. "Kebutuhan modal jadi lebih kecil dengan joint venture, saat ini kita prefer ke joint venture" kata Tulus.

Sayang, Tulus tidak merinci soal rencana kerjasama Grup Ciputra dengan pihak yang lain. Yang jelas saat ini Ciputra masih punya lahan seluas 1.300 hektare (ha). Ini belum termasuk lahan dari hasil kerjasama bisnis.

Sementara PT Intiland Development Tbk (DILD) bakal mengembangkan skema bisnis joint venture lebih masif ke depannya. "Joint venture memang salah satu dari empat pilar strategi kami," kata Theresia Rustandi, Sekretaris perusahaan PT Intiland Development Tbk, Selasa (6/7).

Sayang, Theresia tidak merinci kerjasama bisnis yang sudah dilakukan Intiland. Namun, pihaknya terbuka bermitra dengan pihak ketiga untuk membangun segala jenis proyek properti. "Terbuka untuk semua jenis portofolio Intiland," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News