kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.275   35,00   0,22%
  • IDX 7.199   10,61   0,15%
  • KOMPAS100 1.051   2,03   0,19%
  • LQ45 818   1,46   0,18%
  • ISSI 226   0,79   0,35%
  • IDX30 428   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 508   3,38   0,67%
  • IDX80 118   0,22   0,19%
  • IDXV30 121   1,20   1,00%
  • IDXQ30 140   0,04   0,03%

Ekspor Bahan Baku Jamu Terganjal Standar


Senin, 05 Oktober 2009 / 07:50 WIB


Reporter: Nurmayanti |

JAKARTA. Tak hanya produk jadi jamu saja yang memiliki peluang masuk ke pasar ekspor. Bahan baku produk jamu yang merupakan komoditas pertanian berpeluang diekspor ke berbagai Negara. Sebutlah temulawak, jahe, kunir, kencur dan lainnya. Pasarnya antara lain ke China, Korea Selatan, India, bahkan hingga Uni Eropa.

Nilainya pun tak sedikit. Gabungan Pengusaha dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) memperkirakan, potensi ekspor bahan baku jamu itu mencapai Rp 10 triliun per tahun. Sayang, potensi itu belum terserap maksimal. Hingga kini, ekspor bahan baku itu masih terganjal masalah standar.

Indonesia belum memiliki sertifikasi standar bahan baku, dari segi kesehatan pangan maupun lingkungan, dan diakui dunia. Karena itu, seringkali ekspor komoditas bahan baku jamu dari Indonesia ditolak pembeli. ”Standar yang kita miliki saat ini belum diakui dunia. Jadinya ekspor kita masih harus melalui perantara negara lain sehingga seringkali harganya tertekan dan peluang ekspor kecil,” kata Ketua Umum GP Jamu Charles Saerang, pekan lalu.

Potensi ekspor bahan baku jamu terbuka seiring peningkatan kebutuhan memproduksi obat untuk pengobatan alternatif, kosmetika, hingga kebutuhan rumah tangga. Misalnya saja, pembeli dari Korea Selatan banyak menggunakan bahan baku seperti temulawak dalam industri kecantikan. Setiap tahun, permintaan temulawak dari Korsel mencapai ratusan kontainer. Nilai ekspornya jelas tidak kecil. Bahkan, ada satu perusahaan Indonesia yang mengekspor temulawak hingga US$ 3 juta per tahun.

Namun, ekspor bahan baku yang langsung dari Indonesia masih rendah. Soalnya, produsen lokal masih tergantung pada perantara dari negara lain gara-gara belum ada standar tadi. “Misalnya, jika kita ingin ekspor ke Inggris, harus melalui India," kata Charles. "Jadilah peluang kita semakin kecil karena harga tidak kompetitif,” tambahnya. Itulah sebabnya, nilai ekspor bahan baku yang langsung hanya mencapai sekitar Rp 100 miliar per tahun.

Dukungan pemerintah

Maka itu, para produsen bahan baku meminta dukungan pemerintah soal standar tersebut. Caranya, pemerintah bisa menjalin kerjasama bilateral dengan negara-negara tujuan ekspor. Dengan kerjasama bilateral ini, mereka berharap, ekspor komoditas bahan baku jamu lokal dapat lebih mudah masuk.

”Kita harus membuat terobosan baru. Dengan tidak hanya mengekspor produk jamu," kata Charles sambil menyebut kembali bahwa potensi ekspor bahan baku jamu masih sangat terbuka.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian Fauzi Aziz berjanji, pemerintah akan mendukung upaya para produsen bahan baku jamu tersebut. Tapi, Fauzi tak merici langkah riil yang bakal ditempuh pemerintah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh para produsen bahan baku jamu tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×