kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor buah tropis Indonesia terkendala kuantitas dan kualitas


Kamis, 29 November 2018 / 14:21 WIB
Ekspor buah tropis Indonesia terkendala kuantitas dan kualitas
ILUSTRASI. Pedagang Manggis Merapihkan Dagangannya


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan ekspor komoditi buah manggis akhirnya kembali meningkat. Secara keseluruhan, buah manggis masih menjadi komoditi terdepan untuk ekspor.

Data Badan Karantina Kementerian Pertanian mencatat total nilai dagang total hingga tahun 2018 untuk manggis adalah Rp 11,62 triliun, dengan total ekspor hingga November 26.939 ton.

Angka ekspor manggis membaik dibanding 2017 yang sebesar 11.427 ton. Namun, belum kembali seperti tahun 2016 yang bisa mengekspor 30.099 ton. 

Ketua Asosiasi Eksportir Buah dan Sayuran Indonesia, Hasan Johnny Widjaja mengatakan, kenaikan ekspor ini terjadi setelah baru-baru ini Indonesia menyelesaikan masalah politik dagang dengan China. Selain itu, masalah sertifikasi produk juga sejauh ini baru saja disepakati. 

Dia yakin, ekspor buah akan meningkat seiring perbaikan kulailitas dalam negeri pada tahun depan. 

“Penyebabnya paling besar kita masih terhambat di perijinan. Kita kan masih baru dibuka kesepakatan ekspor ke China, selain itu, seperti pengepakan harus ada ijin, gudang harus registrasi termasuk juga asal kebunnya dari mana, itu yang sempat menghambat. Mungkin tahun selanjutnya akan lebih baik lagi,” ujarnya.

Buah tropis

Selain manggis, buah yang juga paling banyak di ekspor adalah buah mangga dan salak. Untuk buah mangga saat ini pangsa pasar terbesarnya adalah Singapura dan Hong Kong. Namun pemerintah saat ini sedang membidik negara Rusia sebagai tujuan ekspor baru untuk mangga.

Sedangkan untuk salak saat ini pasar terbesarnya adalah China, Kamboja dan Arab Saudi. Namun sejauh ini yang menjadi penghambat ekspor salak adalah masalah lalat buah yang mengurangi standar kualitas buah ekspor secara internasional.

“Dari lokal itu, kita sering sekali kualitasnya enggak stabil, kadang bagus kadang enggak. Quality control kurang ketat sering sekali terjadi dan inkonsisten dalam kualitasnya,” jelasnya.

Adapun hal yang perlu di genjot untuk ekspor buah – buahan adalah dengan meningkatkan kualitas dan promosi.

Mendukung penyataan Jhonni, Ketua Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo), Khafid Sirotudin, menilai bahwa ekspor buah tropis masih menjanjikan di pasar internasional. Hanya saja sejauh ini ada tiga hal yang perlu di perbaiki yakni kuantitas, kontinuitas dan kualitas.

Padahal, ekspor buah-buahan dari Indonesia juga terbatas, hanya nanas, pisang, mangga, manggis dan salak. 

Khafid menyebutkan, sejauh ini ekspor nanas kaleng asal Lampung menjadi komoditi buah ekspor terbesar di dunia. Pada tahun 2017 ekspor nanas kaleng mencapai 6 juta ton. 

Hanya saja masalah pendataan di Indonesia masih terkendala sehingga cukup sulit mencari perbandingan yang pasti. Sedangkan manggis, saat ini memang ekspornya sudah perlahan membaik terutama di Tiongkok, setelah dua tahun stop ekspor.

“Kan menggis, salak dan sarang burung wallet ada masalah dengan Tiongkok, karena berbagai alasan politik dagang, tapi sekarang sudah ada normalisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×