kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor CPO Malaysia diboikot India, begini nasib industri sawit dalam negeri


Selasa, 14 Januari 2020 / 21:40 WIB
Ekspor CPO Malaysia diboikot India, begini nasib industri sawit dalam negeri
ILUSTRASI. India boikot ekspor CPO asal Malaysia. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/pras.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang Januari-November 2019 defisit Migas sebesar US$ 8,31 miliar. Angka ini menunjukkan perbaikan 67,1% dibanding defisit Migas di periode sama tahun 2018 yakni US$ 12,38 miliar. Dari sisi ekspor nonmigas di periode yang sama turun US$ 900 juta dari US$ 15 miliar menjadi US$ 14,1 miliar. 

Kata Iskandar, implementasi B20 nyatanya memberikan keseimbangan antara menekan defisit migas dan menggenjot ekspor. Meski nilai ekspor CPO tahun lalu belum sepenuhnya membaik, Iskandar percaya  tren kenaikan harga minyak sawit dapat menstabilkan neraca perdagangan.

Baca Juga: Asosiasi industri desak Pemerintah India benar-benar batasi impor CPO

“Yang dilihat net ekspornya. Dengan pengalihan ke B30 di tahun ini maka harga ekspor CPO meningkat dan impor migas khususnya solar menurun. Sehingga keseluruhan neraca perdagangan kita akan membaik,” kata Iskandar.

Memang sepanjang tahun lalu harga CPO mengalami kenaikan drastis. Berdasarkan Malaysia Derivatives Exchange harga CPO menguat 35,97% ditutup di level RM 3.052 per ton pada akhir Desember 2019. Bahkan pada penutupan perdagangan Senin (13/1) harga minyak sawit melejit lagi hinga RM 3.117 per ton atau menguat 2,12% year to date (ytd).  
Kepala Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan prospek CPO akan moncer di tahun ini akibiat B30, ini memperkuat demand dalam negeri setelah supply terganggu akibat kebijakan Uni Eropa yang mengurangi impor komoditas andalan Indonesia tersebut. 

Setali tiga uang, Indonesia dan Malaysia sebagai produsen terbesar CPO memiliki posisi sangat menentukan supply sekaligus harga. Kebijakan B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia dinilai akan mengurangi secara drastis supply CPO di pasar global. Dampaknya harga akan naik.

Baca Juga: Soal CPO, Mahathir: Saya tetap menentang hal yang salah, kendati merugikan negara

“Itu yang sekarang terjadi dan sangat disyukuri oleh para petani sawit. Nilai ekspor CPO akan beranjak naik walaupun volume ekspor bisa jadi sedikit menurun,” kata Piter kepada Kontan.co.id, Senin (13/1). 

Menurut Piter, secara umum kebijakan B30 memiliki tiga dampak positif. Pertama nilai ekspor naik karena harga CPO yang naik. Kedua, impor solar turun karena adanya substitusi biosolar. Ketiga, defisit migas berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×