Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Keret merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia. Tahun 2013, sektor karet alam menyumbang 4,61% dari total ekspor nonmigas Indonesia sebesar US$ 149,92 miliar. Indonesia merupakan negara penyuplai terbesar ke-2 di dunia setelah Thailand.
Volume ekspor karet di tahun 2013 lalu tercatat meningkat sebesar 260.000 ton atau 10,7% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 2,44 juta ton. Sedangkan nilai ekspornya menurun sebesar 12,1% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai US$ 7,86 miliar.
Negara tujuan utama ekspor karet pada 2013 adalah Amerika Serikat (AS) dengan volume mencapai 609.800 ton atau menguasai 22,6% dari total ekspor karet, diikuti RRT sebesar 511.700 ton atau 18,9%, dan Jepang 425.900 ton atau 15,8%.
Menurut data Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) pada tahun 2013, produksi karet alam Indonesia mencapai 3,2 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 16% atau 0,5 juta ton teralokasikan untuk pemenuhan kebutuhan domestik, sedangkan 84% atau sebanyak 2,7 juta ton untuk kebutuhan ekspor yang senilai US$ 6,91 miliar.
Meski demikian, kondisi karet alam dunia saat ini sedang menghadapi tantangan berat dengan menurunnya harga karet hingga mencapai US$ 1,64 per kilogram (kg). Tekanan dari pembeli terus berlanjut terutama dengan berkembangnya isu tingginya tingkat persediaan karet di negara konsumen terutama di RRT, sehingga berdampak pada merosotnya harga pasaran karet dunia saat ini.
“Kemendag terus melakukan diplomasi pada organisasi-organisasi karet internasional dan bekerja sama dengan negara-negara produsen utama karet dunia untuk menstabilkan harga karet internasional pada tingkat yang remuneratif bagi petani dengan mekanisme Supply Management Scheme, Agreed Export Tonnage Scheme, serta Strategic Market Operation untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan (supply and demand) karet alam dunia," kata Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan dalam siaran persnya, Sabtu (10/5).
Bayu juga berharap, Kerja sama internasional dapat dikembangkan dengan merangkul emerging rubber producing countries di tingkat ASEAN seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja melalui rencana pembentukan ASEAN Rubber Committee.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News