Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, Evilin Falanta | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Nilai ekspor karet dan barang dari karet pada periode Januari-April 2011 menunjukkan peningkatan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor karet pada periode itu sebesar US$ 5,06 miliar. Nilai ini naik 83,98% dibandingkan periode Januari-April tahun lalu yang senilai US$ 2,75 miliar.
Azis Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, mengatakan peningkatan nilai ekspor karet itu disebabkan oleh kenaikan harga karet internasional pada empat bulan pertama tahun ini. Harga karet internasional memang sedang tinggi-tingginya akibat ketimpangan pasokan dengan permintaan.
Pasokan karet dari Thailand sebagai produsen terbesar karet dunia sempat terhambat akibat konflik politik dengan Kamboja. Banyak persediaan karet di sana yang seharusnya dikirim ke luar negeri terpaksa disimpan terlebih dahulu. Ini membuat pasokan karet dunia menipis.
Di sisi lain, permintaan karet dari beberapa negara seperti China dan India terus meningkat. "Ketimpangan antara pasokan dan permintaan ini membuat harga karet melambung, secara otomatis nilai ekspor Indonesia melesat," jelas Azis kepada KONTAN, Senin (6/6).
Namun, dari segi volume, ekspor karet empat bulan pertama di 2011 ini tidak terlalu signifikan. Masih berdasarkan data BPS, volume ekspor karet Indonesia pada empat bulan pertama tahun ini sebanyak 1,06 miliar kilogram (kg). Volume ini hanya naik 17,34 % dari Januari-April 2010 yang sebanyak 907,44 juta kg.
Terang saja volume ekspor tidak begitu signifikan, sebab kondisi cuaca yang ekstrem membuat panen karet tidak maksimal. "Namun akibat harga karet dunia meningkat, sehingga nilai eskspor kita tertolong," ujar Deddy Saleh, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Selain peningkatan permintaan datang dari China dan India, peningkatan ekspor karet ini juga didorong oleh kenaikan permintaan karet dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Permintaan karet dari Jepang berangsur pulih sejak awal April kemarin.
Pada bulan Maret permintaan karet dari Jepang memang menurun drastis akibat terjangan bencana tsunami. Namun, sejak awal April kemarin, permintaan karet dari Jepang sudah berangsur normal.
"Itu yang menopang peningkatan ekspor kita," kata Deddy. Informasi saja, Jepang merupakan negara importir karet terbesar ketiga di dunia dengan volume impor sekitar 248.000 ton per tahun.
Bakal turun di akhir tahun
Azis bilang, kinerja ekspor karet yang menggembirakan ini bakal berlanjut pada kuartal berikutnya. Penyebabnya, permintaan karet dari Jepang akan terus meningkat seiring kian pulihnya sektor otomotif di sana. "Membaiknya Jepang bakal berimbas positif kepada kinerja ekspor Jepang di bulan-bulan selanjutnya," ujar Azis.
Berdasarkan data Kemendag, nilai ekspor karet dan produk karet selama kuartal I 2011 mencapai US$ 3,6 juta. Nilai tersebut mengalami kenaikan sebesar 58,4% dari periode sama tahun 2010 yang hanya sekitar US$ 1,9 juta.
Meski begitu, Azis memprediksi ekspor karet bakal menukik pada kuartal akhir tahun ini. Dugaan itu didasarkan pada kebijakan pemerintah China yang hendak membatasi kepemilikan mobil masyarakatnya.
Kebijakan itu jelas berimbas pada permintaan karet dari China. "Potensi negatif ini yang harus kita waspadai," tandas Azis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News